TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Rusia berencana mengulangi permintaannya agar Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan menyusul peristiwa pembunuhan massal di Bucha, sebuah kota dekat Kiev, Ukraina. Menurut Rusia, tuduhan soal gambar korban pembantaian yang dialamatkan ke Moskow itu, hanya sebuah provokasi tentara dan radikalis Ukraina.
"Hari ini Rusia akan kembali menuntut agar Dewan Keamanan PBB bersidang sehubungan dengan provokasi kriminal prajurit Ukraina dan radikal di kota ini," tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova di saluran Telegramnya, seperti dilansir dari Reuters, Senin, 4 April 2022.
Utusan Inggris untuk PBB, yang memegang kursi kepresidenan dari 15 anggota dewan untuk April, mengatakan, Dewan akan mengadakan diskusi yang dijadwalkan di Ukraina pada Selasa. Pertemuan tak digelar di hari Senin seperti yang diminta oleh Rusia.
Pada Minggu, mayat-mayat berserakan di seluruh kota Bucha. Salah satu korban tampak tangannya terikat dengan kain putih dan telah ditembak di bagian mulut.
Ukraina mengklaim telah menemukan 410 mayat di kota-kota dekat Kyiv. Wali Kota Bucha, Anatoliy Fedorouk, menyebut di antara korban tersebut ada 300 telah dibunuh oleh pasukan Rusia, ketika pejuang Chechnya menguasai daerah itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia melakukan genosida. Sebagai langkah mengusut kasus ini, pemerintah Ukraina tengah mempersiapkan penyelidikan kemungkinan kejahatan perang oleh Rusia.
Rusia pada Minggu membantah pasukannya bertanggung jawab atas kematian warga sipil di kota Bucha dan mengatakan Ukraina telah menggelar pertunjukan untuk media Barat.
Negara-negara Barat kompak mengecam aksi Rusia yang sudah dimulai sejak 24 Februari lalu. Dengan adanya insiden Bucha ini, Barat sepakat untuk menambahkan sanksi yang sudah diberlakukan untuk Rusia.
Baca: Rusia Tuding AS Sengaja Buat Rekaman Pembunuhan Massal di Bucha