TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat bertanggung jawab atas terhentinya pembicaraan di Wina antara Teheran dan negara-negara besar yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015. Hal ini diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Senin 4 April 2022 seperti dilansir Reuters.
"Amerika bertanggung jawab karena menghentikan pembicaraan ini. Sebuah kesepakatan yang hampir dicapai," kata Saeed Khatibzadeh saat konferensi pers mingguan. "Washington seharusnya membuat keputusan politik untuk menyelamatkan perjanjian (nuklir).”
Ia menambahkan bahwa Teheran "tidak menunggu selamanya."
Departemen Luar Negeri AS pada Kamis pekan lalu mengatakan bahwa sejumlah isu dalam pakta nuklir masih belum terselesaikan. Deplu juga menyatakan bahwa tanggung jawab untuk membuat keputusan berada di tangan Teheran.
Iran menyebutkan bawah masih ada sejumlah isu yang tertunda, termasuk penghapusan cap Garda Pengawal Revolusi Islam sebagai organisasi teroris asing oleh Washington. Teheran juga meminta jaminan bahwa presiden AS di masa depan tidak akan meninggalkan perjanjian nuklir.
Khatibzadeh mengatakan Teheran siap melanjutkan pembicaraan dengan rival kawasan utamanya, Arab Saudi, apabila Riyadh bersedia menyelesaikan isu-isu bilateral yang masih belum tuntas.
Tuntutan Rusia memaksa negara besar untuk menghentikan perundingan nuklir pada awal Maret. Akan tetapi, Moskow kemudian mengatakan telah memiliki jaminan tertulis bahwa perdagangannya dengan Iran tidak akan terpengaruh dengan sanksi terkait Ukraina. Pernyataan itu memberi kesan bahwa Moskow memberi lampu hijau agar perjanjian nuklir dilanjutkan.
Baca juga: Khawatir Soal Iran, AS dan Tiga Negara Arab Tunjukkan Persatuan di Israel
SUMBER: REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.