TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia melakukan genosida di Ukraina saat mundur dari Bucha. Rusia meninggalkan jalan-jalan yang dipenuhi mayat ratusan warga Ukraina.
Rusia dituduh telah melakukan kejahatan perang dan kekejaman di Ukraina setelah penarikan pasukan di sekitar Kiev. Ukraina mengungkapkan bukti yang memberatkan yaitu eksekusi warga sipil, pemerkosaan dan penjarahan sistematis oleh pasukan Rusia.
Ukraina menuntut Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyelidiki insiden di pinggiran Bucha, barat laut ibukota Ukraina, menyusul munculnya rekaman dan saksi mata jalan-jalan yang dipenuhi dengan puluhan mayat, penculikan dan mayat di kuburan massal. Beberapa dari mereka yang terbunuh telah meninggal dengan tangan diikat ke belakang.
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut harus bertanggung jawab atas kekejaman yang terjadi di Bucha. Human Rights Watch (HRW), sebuah kelompok kemanusiaan terkemuka, mengumumkan telah mendokumentasikan serangkaian kasus kekejaman yang disengaja terhadap warga sipil oleh pasukan Rusia di daerah-daerah pendudukan sekitar Kiev, Kharkiv dan Chernihiv di utara dan timur Ukraina.
HRW mengatakan telah mengumpulkan bukti untuk setidaknya dua eksekusi, termasuk pembantaian enam pria, kasus pemerkosaan berulang kali terhadap seorang ibu muda dan penjarahan yang meluas. HRW menambahkan bahwa Rusia bertanggung jawab telah melakukan kejahatan perang.
Saat berbicara kepada stasiun TV Amerika CBS Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan kekejaman oleh Rusia terhadap warganya adalah genosida. "Ini adalah genosida. Penghapusan seluruh bangsa dan rakyat. Kami adalah warga Ukraina dan kami tidak ingin tunduk pada kebijakan Federasi Rusia. Inilah alasan mengapa kami dihancurkan dan dimusnahkan,” ujarnya.
Dalam posting Facebook terpisah, dia mengatakan ibu tentara Rusia harus diperlihatkan gambar orang mati. “Lihat bajingan apa yang telah kamu besarkan. Pembunuh, penjarah, tukang daging.”
Dalam bukti kekejaman yang lain, tampak seorang lelaki tua yang terbaring dengan kaki masih mengangkangi sepeda yang dia kendarai dan sekelompok lima mayat ditelanjangi di badan di halaman yang kotor. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuduh Rusia melakukan kejahatan. pembantaian di Bucha dan meminta ICC untuk mengumpulkan bukti secara langsung dari kota berpenduduk 28.000 jiwa, sekitar 15 mil dari pusat Kiev.
Kuleba menuduh Rusia lebih buruk dari ISIS. Ia mendesak negara-negara G7 untuk menjatuhkan sanksi baru yang menghancurkan Moskow. "Kami masih mengumpulkan dan mencari mayat, tetapi jumlahnya sudah mencapai ratusan. Mayat tergeletak di jalanan. Mereka membunuh warga sipil saat tinggal di sana dan ketika mereka meninggalkan desa dan kota ini.”
Rusia telah membantah menjadi pelaku pembunuhan massal di Bucha. Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengatakan tidak ada korban sipil yang dilaporkan di kota Bucha Ukraina ketika pasukan Rusia masih di sana. “Kementerian Pertahanan Rusia telah sepenuhnya menolak tuduhan palsu ini,” katanya dikutip dari TASS.
Dia mengatakan pasukan Rusia telah meninggalkan Bucha pada 30 Maret 2022, sebelum ditemukannya pembunuhan massal di sana. “Saya ingin menunjukkan bahwa pasukan Rusia meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Pihak berwenang Ukraina tetap diam selama ini, dan sekarang mereka tiba-tiba memposting rekaman sensasional untuk menodai citra Rusia dan membuat Rusia mempertahankan diri,” kata Antonov.
“Saya ingin menekankan dengan penuh tanggung jawab bahwa tidak ada satu pun warga sipil yang menderita akibat kekerasan ketika kota itu dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Sebaliknya, pasukan kami mengirimkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk warga sipil,” ujar Antonov. “Sementara itu, fakta bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina menembaki kota Bucha tepat setelah pasukan Rusia pergi sengaja diabaikan di AS. Inilah yang bisa menyebabkan korban sipil," ujarnya.
Baca: Rusia Hadapi Sanksi Baru dari Barat Usai Pembunuhan Massal di Bucha
AL JAZEERA | TASS