TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Inggris meningkatkan tekanan pada Arab Saudi untuk menyedot lebih banyak minyak dan bergabung dengan Barat mengisolasi Rusia. Namun tampaknya Riyadh punya pendapat sendiri.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terbang ke pengekspor minyak mentah terbesar dunia ini pada Rabu, 16 Maret 2022, sehari setelah penasihat keamanan AS Brett McGurk tiba dengan delegasi AS.
Arab Saudi dan tetangganya Uni Emirat Arab, yang merupakan salah satu dari segelintir produsen dengan kapasitas cadangan minyak besar, sebelumnya menolak seruan Barat untuk lebih banyak memompa minyak mentah guna mendinginkan harga yang panas dan tetap berpegang pada pakta pasokan OPEC+ dengan Rusia dan lainnya.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan Saudi, menghadapi kritik tajam Barat atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, catatan hak asasi manusia Riyadh dan perang Yaman. Presiden AS Joe Biden, sejauh ini, menolak untuk berhubungan langsung dengan sang pangeran, yang dikenal luas sebagai MBS.
Hubungan AS-Saudi yang berada pada titik rendah ini direspons MBS dengan memperkuat koneksi ke Rusia dan Cina, meskipun kerajaan itu masih memiliki hubungan keamanan yang erat dengan Washington.
McGurk dan pejabat AS lainnya bertemu pejabat senior Saudi pada hari Selasa, mendesak mereka untuk memompa lebih banyak minyak dan menemukan solusi politik untuk mengakhiri perang di Yaman, di mana pasukan pimpinan Saudi memerangi kelompok Houthi yang didukung Iran, kata dua sumber.
"Anda salah jika berpikir Washington akan menyerah pada dua file ini," salah satu dari dua sumber, yang mengetahui pertemuan itu, mengatakan kepada Reuters.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan McGurk berada di Timur Tengah "membahas berbagai masalah, termasuk Yaman", tetapi menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Perdana Menteri Inggris, sementara itu, menggambarkan Arab Saudi dan UEA sebagai "mitra internasional utama" dalam upaya untuk menyapih dunia dari hidrokarbon Rusia dan memberi tekanan pada Presiden Vladimir Putin setelah Moskow menginvasi Ukraina.
Namun Abdulkhaleq Abdulla, seorang analis politik terkemuka Emirat, mengatakan Johnson seharusnya tidak berharap banyak. "Boris akan kembali dengan tangan kosong," tulisnya di Twitter.
Pemerintah Saudi tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari kunjungan AS dan Inggris.
Untuk saat ini, Arab Saudi tidak menunjukkan tanda-tanda meninggalkan pakta pasokan minyak yang dibuat antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia atau OPEC+, yaitu hanya menaikkan produksi minyak secara bertahap.
Berikutnya: Saudi ingin lebih dekat dengan Cina