TEMPO.CO, Jakarta - Rusia bereaksi keras atas pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut Presiden Vladimir Putin sebagai penjahat perang. Julukan itu diberikan atas konflik yang terjadi antara Rusia Ukraina. Menurut Kremlin pernyataan Amerika Serikat itu tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan.
Selama acara Gedung Putih pada hari Rabu, Biden ditanya oleh salah satu wartawan apakah dia menganggap presiden Rusia sebagai penjahat perang. Awalnya, Biden menjawab "tidak." Namun kemudian dia meminta wartawan untuk mengklarifikasi pertanyaan dan berkata, "Oh saya pikir dia adalah penjahat perang."
Mengomentari pernyataan pemimpin Amerika itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada TASS bahwa Moskow menganggap retorika seperti itu tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan dari seorang kepala negara. Kremlin menyindir bom Amerika Serikat telah menyebabkan ratusan ribu orang di seluruh dunia tewas.
Sementara Amerika Serikat secara konsisten mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina. Pernyataan Biden pada hari Rabu tampaknya menandai pertama kalinya pemimpin Amerika itu menggunakan istilah sekuat penjahat perang untuk menggambarkan tindakan Putin. Sebelumnya, Gedung Putih menghindari penggunaan definisi ini, menjelaskan bahwa itu adalah istilah hukum yang spesifik.
Dalam pidatonya pada hari Rabu, Biden menuduh militer Rusia menembaki rumah sakit dan gedung apartemen, sesuatu yang dibantah Moskow. Pernyataan itu datang sehari setelah Senat AS mendukung resolusi yang menyatakan Putin sebagai penjahat perang.
Pemimpin Mayoritas Senat Demokrat Chuck Schumer mengatakan pada Selasa bahwa baik Demokrat dan Republik bergabung bersama untuk mengatakan bahwa Vladimir Putin tidak bisa melepaskan tanggung jawab atas kekejaman yang dilakukan terhadap rakyat Ukraina."
Putin secara konsisten membantah tuduhan penembakan di kota-kota Ukraina oleh pasukan Rusia yang menewaskan rakyat sipil. Dia menekankan bahwa militer bekerja dengan senjata presisi tinggi modern dan hanya mengenai sasaran militer.
Perang Rusia Ukraina dimulai sejak akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina menerapkan ketentuan perjanjian Minsk. Rusia menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Baca: Putin Tak Akan Tunduk ke Barat, Tegaskan Tujuan Rusia di Ukraina Akan Tercapai
NDTV | RUSSIA TODAY