TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett meyakinkan pihaknya akan terus mencoba memediasi Rusia dan Ukraina, meskipun tingkat kesuksesannya sepertinya sulit. Ucapan itu disampaikan Bennett usai melakukan rapat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ukraina sebelumnya sudah meminta agar Israel mau menjadi penengah dalam konflik ini. Sebab Pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Bennett diyakini punya hubungan yang bagus dengan Kyiv dan Moskow.
Kondisi bangunan apartemen yang hancur akibat serangan Rusia, di Irpin, Ukraina, 2 Maret 2022. Invasi Rusia ini mengakibatkan ribuan warga Ukraina berbondong-bondong melarikan diri dan meninggalkan negara mereka. REUTERS/Serhii Nuzhnenko
Kantor Perdana Menteri Israel sudah tiga kali berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Sedangkan di rapat kabinet, Bennett belum mau memberikan detail hasil rapatnya dengan Presiden Putin pada Sabtu, 5 Maret 2022.
“Kami akan terus mengulurkan bantuan apapun, yang diminta, meskipun peluangannya tidak besar (mediasi). Saat ada sedikit celah dan kami punya akses ke semua pihak serta kemampuan, maka saya melihatnya itu sebagai tugas moral untuk berusaha,” kata Perdana Menteri Bennett.
Israel mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Negara Bintang Daud itu pun menyampaikan solidaritasnya ke Kyiv dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke sana. Hanya saja, Bennett belum bisa memenuhi permintaan masyarakat Ukraian yang meminta bantuan militer.
Sumber: Reuters
Baca juga: Israel Gandakan Pemukiman Yahudi di Golan, PM Bennett: Sudah Direstui AS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.