TEMPO.CO, Jakarta - Boris Yeltsin, presiden pertama Rusia setelah Uni Soviet pecah. Ia menjabat dari 1991 sampai 1999. Sebagian besar hidup Yeltsin dihabiskan sebagai anggota Partai Komunis, sebelum akhirnya ia mempercayai reformasi pasar bebas dan sistem demokratis.
Meski sosoknya dua kali menang dalam pemilihan Presiden Rusia, dan berhasil mengantarkan masyarakat kepada sistem yang lebih bebas dan terbuka. Masa jabatannya ternodai dengan sulitnya ekonomi, meningkatnya korupsi dan kejahatan, perang kekerasan di republik Chechnya yang memisahkan diri dan pengaruh Rusia yang berkurang pada peristiwa-peristiwa dunia.
Masa Kanak-kanak Boris Yeltsin
Boris Nikolayevich Yeltsin lahir pada 1 Februari 1931, di Butka, sebuah desa kecil di Pegunungan Ural, Rusia. Yeltsin memiliki kakek dan nenek seorang petani, namun produksinya dicabut paksa oleh kolektivisasi pertanian diktator Soviet Joseph Stalin. Sementara ayahnya ditangkap selama pembersihan era Stalin.
Mengutip laman History di alamat history.com, pada tahun 1937 Yeltsin pindah ke kota pabrik Berezniki, tempat sang ayah menjadi buruh setelah dibebaskan dari kamp penjara Gulag.
Di tempat ini, Yeltsin melakukan pemberontakan bersama pemuda lainnya, sampai ia harus kehilangan dua jari saat menggunakan granat tangan. Pada tahun 1949, Yeltsin meninggalkan Berezniki ke Sverdlovsk (sekarang Yekaterinburg) untuk melanjutkan pendidikan di Institut Politeknik Urals, untuk menjadi Insinyur Sipil.
Setelah lulus, Yeltsin bekerja sebagai pengawas proyek konstruksi perumahan. Dan mulai menjajaki arena politik dengan menjadi anggota Partai Komunis pada tahun 1961 dan tujuh tahun kemudian bergabung dengan Komite Partai Provinsi Sverdlovsk. Setelah ia menjabat sebagai ketua partai dari tahun 1976 hingga 1985, Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev memanggilnya ke Moskow dan menjadikan Yeltsin sebagai ketua partai.
Sosok Yeltsin mulai dikenal saat dirinya mencerca korupsi, dan memecat ratusan pejabat tingkat bawah yang kedapatan culas. Namun, Yeltsin kehilangan jabatan setelah berselisih dengan Gorbachev mengenai langkah reformasi.
Setelah diasingkan ke posisi yang relatif tidak jelas dalam birokrasi konstruksi, Yeltsin memulai kebangkitan politiknya pada 1989 dengan memenangi pemilihan parlemen Soviet yang baru dibentuk dengan hampir 90 persen suara. Tahun berikutnya ia meraih kemenangan telak serupa dalam perlombaan untuk parlemen Rusia, menjadi ketua dan kemudian meninggalkan keanggotaannya di Partai Komunis.
Dengan momentum pembangunannya, Boris Yeltsin mulai menyerukan pengunduran diri Mikhail Gorbachev. Dia pun mengajukan dirinya untuk pemilihan Presiden Rusia, dan memenangkan pemilu dengan 59 persen suara pada Juni 1991.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Jejak Mikhail Gorbachev Pemimpin Terakhir Uni Soviet Sebelum Menjadi Rusia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.