Selama liburan Tahun Baru Imlek tahun lalu, dari 11 hingga 17 Februari, konsumen Cina menghabiskan 821 miliar yuan atau Rp1,8 triliun untuk ritel dan makanan, naik 28,7 persen dari liburan di 2020 yang dilanda Covid dan naik 4,9% dari 2019.
Iris Pang, kepala ekonom untuk Greater China di ING, memperkirakan akan ada peningkatan 10 persen pengeluaran dibanding tahun lalu karena situasi Covid tidak cukup parah untuk menghentikan orang mengeluarkan isi dompet mereka.
"Beberapa orang menabung pengeluaran Desember mereka untuk Tahun Baru Imlek, jadi pengeluaran mungkin mengejutkan," kata Pang.
Lonjakan pengeluaran akan memberikan dorongan jangka pendek untuk konsumsi, yang telah lesu dalam beberapa bulan terakhir karena ekonomi melambat. Pada bulan Desember, penjualan ritel naik 1,7 persen dari tahun sebelumnya, laju bulanan paling lambat pada tahun 2021, menurut data resmi.
Pekerja media, Pan Lei, 47 tahun, termasuk di antara penduduk Beijing yang tinggal dan berencana tinggal di hotel sebagai ganti mudik ke Guangzhou. Ia telah memesan hotel butik di pegunungan di sebelah barat Beijing dengan biaya hampir 5.000 yuan atau sekitar Rp11,3 juta
"Biasanya, harganya kurang dari 2.000 yuan tapi saya tidak punya pilihan," katanya. "Semua hotel di sekitar Beijing mahal selama liburan."
"Ini Tahun Baru Imlek dan saya ingin keluarga melakukan sesuatu yang istimewa dan bersenang-senang bersama," katanya.