TEMPO.CO, Jakarta - Inggris akan kembali ke "Rencana A" yaitu belajar untuk hidup berdampingan dengan virus corona yang mungkin akan tetap ada, setelah sempat memberlakukan pengetatan saat varian Omicron menyerang besar-besaran.
Sebagai syarat pelaksanaan pengenduran ini adalah suntikan booster berjalan, tersedianya pil antivirus, dan tingkat keparahan Omicron rendah sehingga memungkinkan pemerintah mengelola wabah virus ini.
Negara-negara lain yang sama-sama ingin melepaskan belenggu bisnis dan kebebasan pribadi akan menunggu bagaimana Inggris berkompromi dengan Omicron.
Panduan bekerja dari rumah berakhir minggu lalu, dan langkah-langkah seperti wajib masker dan paspor vaksin yang diperkenalkan di Inggris bulan lalu berakhir pada hari Kamis, mengembalikan ke aturan Juli lalu.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris UKSHA sedang bersiap mengalihkan fokus untuk mendukung individu yang rentan daripada memaksakan aturan nasional, menurut rancangan kebijakan yang dilihat oleh Reuters.
"Seiring kami berevolusi untuk hidup dengan Covid, respons Covid-19 UKHSA akan beralih dari pendekatan seluruh negara ke respons yang ditargetkan, berfokus pada melindungi yang rentan," demikian ditulis dalam "Visi UKHSA Covid-19 - DRAFT".
"Kami akan memastikan bahwa respons kami di masa depan lebih ramping, fleksibel, dan nyaman bagi warga dan memberikan nilai uang."
Inggris yang mencatat angka kematian 150.000 dan menempati urutan ketujuh di dunia, memakasa Perdana Menteri Boris Johnson memperkenalkan pembatasan "Rencana B" pada Desember lalu, hingga membuat marah beberapa anggota parlemen separtai. Dia sekarang memiliki kepentingan politik yang kuat untuk melonggarkan pengetatan itu.
Ketika polisi menyelidiki pertemuan di kantornya selama penguncian Covid, yang jelas-jelas melanggar undang-undang yang dia buat, dia menghadapi krisis terbesar dalam karirnya, sementara banyak anggota parlemennya bertekad bahwa dia harus mengembalikan kehidupan ke keadaan hampir normal.
Berikutnya: Tidak mungkin lagi ada pembatasan