TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Amerika Serikat harus terlibat dalam diplomasi untuk menyelesaikan kebuntuan atas krisis Ukraina dan tidak membangun ketegangan untuk mencetak poin politik, kata pejabat senior keamanan Rusia dan mantan presiden Dmitry Medvedev.
Wawancara dengan kantor berita RIA pada Kamis pagi, 27 Januari 2022, setelah AS menyerahkan tanggapan tertulis atas serangkaian tuntutan keamanan yang dibuat Rusia tahun lalu saat membangun pasukan di dekat Ukraina sehingga memicu kekhawatiran akan invasi.
Rusia, yang menyangkal merencanakan serangan, belum berkomentar secara terbuka tentang isi tanggapan tertulis AS.
"Jelas di sini bahwa cara yang paling penting dan tunggal sebenarnya adalah mencapai kesepakatan tentang jaminan keamanan, (melalui) cara-cara politik-diplomatik, negosiasi, penggunaan prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi-bagi..." kata Medvedev.
Dia mengatakan gagasan konflik antara Rusia dan AS atas Ukraina akan menjadi "skenario bencana" dan menyuarakan alarm bahwa "kepala panas" di Washington dan NATO bahkan membayangkan skenario seperti itu. "Saya berharap itu tidak pernah terjadi," katanya.
Komentar Medvedev ini senada dengan pola retorika yang lebih lembut dan defensif setelah berminggu-minggu pernyataan keras pejabat senior Moskow.
"Ini masalah lain bahwa ada banyak orang yang menghasilkan uang dari ini, berspekulasi. Beberapa orang melakukannya karena ketidaktahuan, yang lain karena mereka mengejar garis politik tertentu," katanya.
Medvedev, sekutu dekat pemimpin tertinggi Rusia Vladimir Putin dan menjabat sebagai presiden dari 2008-2012, menyentil seorang senator Amerika Serikat senior yang secara terbuka menyebut kemungkinan konfrontasi nuklir Rusia-AS. Dia tidak menyebutkan nama senatornya. Medvedev adalah wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.
REUTERS