TEMPO.CO, Jakarta - Penduduk di kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, mengharapkan yang terbaik tetapi akan bersiap untuk yang terburuk, karena Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan dan pembicaraan diplomatik gagal menghasilkan terobosan.
Kharkiv, sebuah kota industri di Ukraina timur yang merupakan lokasi pabrik tank, pesawat dan traktor, terletak 42 km dari perbatasan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah mengidentifikasinya sebagai kemungkinan target serangan Rusia.
Rusia membantah akan menyerang Ukraina tetapi telah menekan Barat untuk jaminan keamanan, termasuk melarang Ukraina bergabung dengan aliansi NATO.
Walikota Kharkiv, Igor Terekhov, mengatakan kota berpenduduk 1,4 juta itu tetap "tenang dan tenang" dan dia tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengubahnya. Diwawancarai minggu ini, beberapa warga mengatakan mereka akan tinggal dan melawan, yang lain mungkin pindah.
"Saya tidak harus tinggal di satu tempat, jika terjadi sesuatu - saya dapat bekerja dari jarak jauh," kata manajer proyek Daniella Shatokhina.
"Saya berusaha untuk tidak memikirkannya. Saya harap semuanya akan baik-baik saja, saya berharap yang terbaik. Lebih baik tidak panik sebelum waktunya tetapi untuk memutuskan saat itu terjadi, pikirkanlah sendiri."
Penduduk lain, asisten manajer Anya Vergeles, membandingkan situasi dengan 2014, ketika Rusia merebut semenanjung Krimea Ukraina.
"Tidak ada yang mengira ini bisa terjadi di Krimea. Tidak ada yang bisa membayangkan itu. Saya tidak ingin mempercayainya, tetapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," katanya.
Zelenskiy mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Jumat bahwa serangan terhadap Kharkiv adalah "layak", meskipun seorang juru bicara kemudian mengatakan presiden sedang menyusun skenario hipotetis.
Para diplomat tinggi AS dan Rusia tidak membuat terobosan besar pada pembicaraan tentang krisis Ukraina pada hari Jumat tetapi setuju untuk terus berbicara mencoba menyelesaikan krisis.
Manajer penjualan Oleksiy Kormylets mengatakan dia tidak akan meninggalkan Kharkiv apa pun yang terjadi.
"Lari? Tidak. Tidak mungkin! Saya lahir di sini. Saya besar di sini. Saya tetap tinggal apa pun yang terjadi. Dan jika saya harus bergabung dengan pertahanan kota, saya akan melakukannya," katanya.
Programmer IT Anton Sergeev mengira Rusia mungkin hanya menggertak, dan mengingat upaya yang gagal oleh pasukan separatis yang didukung Rusia untuk merebut kota itu pada tahun 2014.
"Mereka sudah 'disambut' di sini sehingga mereka telah belajar lebih baik menjauh. Atau mereka akan pulang dalam peti mati. Dan ibu mereka akan menangis," katanya.
REUTERS