TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Mali melarang sebuah pesawat militer Jerman yang membawa 75 tentara melintasi wilayah udara Mali pada Rabu malam, 19 Januari 2022. Walhasil, pesawat itu berbelok ke Gran Canaria.
Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan pesawat militer itu sedang dalam perjalanan dari sebuah pangkalan udara Jerman menuju ke Niamey di Niger. Namun pesawat tersebut dikatakan tidak boleh melewati wilayah udara Mali dengan alasan yang tidak dipublikasi.
Baca Juga:
Pasukan penjaga perdamaian PBB berjaga-jaga di kota utara Kouroume, Mali, 13 Mei 2015. Kourome berjarak 18 km selatan Timbuktu. [REUTERS / Adama Diarra]
Jerman sudah mengerahkan sekitar 1.200 pasukan ke Mali dan memutuskan akan mengevaluasi lagi apakah akan memperpanjang keberadaan pasukannya di negara itu atau tidak, pada akhir Maret 2022. Pesawat militer Jerman, yang ditolak melintasi wilayah udara Mali tersebut, membawa suplai logistik untuk pangkalan militernya di Kota Niamey.
Berlin menyuarakan kekhawatirannya atas pengerahan tentara bayaran di Mali lewat kontraktor swasta Russian Wagner Group. Tentara bayaran dikerahkan setelah otoritas sementara di Mali gagal menyelenggarakan pemilu secara demokratis pada bulan depan seperti yang sudah disepakati menyusul terjadinya kudeta militer pada 2020 lalu.
“Ketika kami diberi tahun bahwa pemilu ditunda sampai lima tahun ke depan, jelas ada hal-hal yang berjalan tidak ke arah yang benar,” kata Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht pada akhir pekan lalu.
Lambrecht berharap demokrasi di Mali ada kemajuan dan ada solusi bagi masalah tentara bayaran dari Wagner group jika pasukan militer Jerman bertahan di Mali.
Sumber: Reuters
Baca juga: Setelah Kemerdekaan, 4 Pesawat Tempur TNI AU Peninggalan Jepang Serang Belanda
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.