TEMPO.CO, Jakarta - Eropa dianggap bersikap mendua dalam menghadapi Cina, yakni sebagai mitra sekaligus lawan, kata Menteri Luar NegeriCina, Wang Yi, dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah.
Hubungan antara Cina dan Uni Eropa memburuk tahun ini setelah kesepakatan investasi dibekukan di tengah sanksi timbal-balik dan anggota UE Lithuania menarik diplomatnya dari Beijing selama perselisihan mengenai status Taiwan.
Parlemen Eropa tahun ini menghentikan ratifikasi pakta investasi dengan Cina sampai sanksi terhadap politisi Uni Eropa dicabut oleh Beijing.
Sanksi Cina merupakan tanggapan terhadap sanksi Barat terhadap pejabat Cina yang dituduh melakukan penahanan massal terhadap anggota komunitas Muslim Uyghur di Cina barat.
Menurut Wang, memasang hambatan pada perjanjian investasi pada akhirnya akan merugikan kepentingan jangka panjang rakyat Eropa.
"Tampaknya ada semacam 'perpecahan kognitif' dalam kebijakan Cina di Eropa. Sulit membayangkan bahwa, di satu sisi, telah menjalin kemitraan strategis yang komprehensif dengan Cina dan di sisi lain, telah memposisikan Cina sebagai lawan,” katanya, Kamis, 30 Desember 2021.
Uni Eropa telah mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Cina, salah satu mitra dagang terpentingnya, daripada Amerika Serikat. Tetapi Uni Eropa menyatakan keprihatinan atas pelanggaran hak asasi manusianya dan tindakan di Laut China Selatan dan Selat Taiwan.
Bulan ini, para pejabat Uni Eropa dan Amerika Serikat mengatakan, pendekatan mereka terhadap Cina semakin "konvergen".