TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok mengutarakan niat untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dua sumber mengatakan niat itu disampaikan Hamdok di hadapan sebuah organisasi politik dan tokoh intelijen Sudan.
Hamdok kembali menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri Sudan pada 21 November 2021 setelah kudeta militer. Dalam kudeta itu, militer Sudan mengambil alih kekuasaan dan mengakhiri sebuah kemitraan dengan partai-partai politik.
Pengunjuk rasa menaiki kendaraan militer saat menggelar aksi demo memprotes aturan militer menyusul kudeta bulan lalu di Istana Presiden, Khartoum, Sudan, Minggu, 19 Desember 2021. REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah
Sebelumnya pada Sabtu, 18 Desember 2021, ada ratusan ribu orang melakukan aksi jalan menuju istana kepresidenan menolak pemerintahan militer dan menolak kembali berkuasanya Hamdok. Diperkirakan ada 47 orang tewas dalam sejumlah aksi unjuk rasa menolak pemerintahan militer, termasuk dua orang lainnya tewas dalam aksi jalan, Sabtu, 18 Desember 2021.
Sejumlah sumber dekat dengan Hamdok mengatakan, Perdana Menteri Hamdok akan mempertahankan jabatannya jika dia mendapat dukungan politik dan jika ada kesepakatan. Hamdok juga meminta militer Sudan agar membebaskan tahanan politik, melindungi kebebasan berekspresi dan mengizinkan Hamdok secara independen menunjuk kabinet yang baru.
Dalam sebuah pernyataan pada akhir pekan lalu, Hamdok mengatakan Sudan tinggal beberapa inch lagi menuju jurang. Dia menyalahkan ketegangan politik dan kurangnya konsensus pada sebuah kesepakatan politik.
Kelompok pendukung Hamdok pada Selasa, 21 Desember 2021 meminta Hamdok agar bertahan sebagai Perdana Menteri Sudan. Namun sumber mengatakan Hamdok sudah ingin hengkang.
Sumber: Reuters
Baca juga: Lassina Zerbo Ditunjuk Jadi Perdana Menteri Burkina Faso
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.