TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa sedang mempertimbangkan membuat pasukan reaksi cepat gabungan yang berjumlah hingga 5.000 tentara pada 2025 untuk menangani berbagai krisis dan tanpa bergantung pada Amerika Serikat, menurut rancangan rencana tersebut.
EU Rapid Deployment Capacity harus terdiri dari komponen darat, laut dan udara yang dapat ditukar masuk dan keluar dari kekuatan apa pun, tergantung pada krisis, menurut dokumen rahasia setebal 28 halaman tertanggal 9 November dan dilihat oleh Reuters, dilaporkan 16 November 2021.
Para menteri luar negeri dan pertahanan Uni Eropa mulai memperdebatkan rencana tersebut pada Senin malam di Brussel dan berlanjut pada Selasa, dengan tujuan untuk menyelesaikan dokumen akhir pada Maret tahun depan.
Italia dan Prancis, dua kekuatan militer Uni Eropa, menyambut baik rancangan tersebut. Sementara pandangan pemerintah koalisi federal Jerman yang akan datang sangat penting untuk kelanjutan rencana.
"Dokumen itu menggabungkan ambisi tingkat tinggi tetapi juga membuat proposal konkret dan operasional. Ini keseimbangan yang baik," kata Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly. Timpalannya dari Italia, Lorenzo Guerini, mengatakan itu juga akan melengkapi NATO dan memperkuat hubungan trans-Atlantik.
Dua puluh tahun setelah para pemimpin Uni Eropa pertama kali setuju untuk membentuk pasukan berkekuatan 50.000-60.000 tetapi gagal untuk membuatnya beroperasi, rancangan strategi oleh kepala kebijakan luar negeri blok itu, Josep Borrell, adalah upaya paling konkret untuk menciptakan kekuatan militer mandiri yang tidak bergantung pada aset Amerika Serikat.
"Kami membutuhkan lebih banyak kecepatan, ketangguhan dan fleksibilitas untuk melakukan berbagai tugas manajemen krisis militer," kata rancangan yang disebut Strategic Compass.
"Kita harus mampu menanggapi ancaman yang akan segera terjadi atau bereaksi cepat terhadap situasi krisis, misalnya misi penyelamatan dan evakuasi atau operasi stabilisasi di lingkungan yang tidak bersahabat," kata rancangan itu.
Tidak semua 27 negara Uni Eropa perlu ambil bagian, meskipun persetujuan penempatan apa pun akan membutuhkan konsensus.
Strategic Compass adalah hal terdekat yang dimiliki UE dengan doktrin militer dan mirip dengan Strategic Concept NATO yang dipimpin AS yang menetapkan tujuan aliansi. Yang terpenting bagi UE, Borrell ingin negara-negara UE berkomitmen untuk menyediakan aset terkait dan pendukung strategis yang diperlukan.
Itu berarti mengembangkan logistik, transportasi udara jarak jauh dan kemampuan komando dan kontrol Amerika Serikat yang diandalkan oleh sekutu Eropa di NATO.
Borrell mengatakan sekarang ada 60 proyek militer gabungan Uni Eropa untuk senjata dan kemampuan lainnya yang sedang dikembangkan, setelah 14 lainnya disetujui pada hari Selasa, termasuk satu yang disebut "Transportasi Udara Strategis untuk Kargo Besar".
Amerika Serikat telah mendesak Eropa untuk berinvestasi dalam pasukan yang dapat dikerahkan dan Presiden AS Joe Biden mengatakan langkah tersebut akan melengkapi NATO. Uni Eropa telah mempertahankan kelompok tempur 1.500 tentara sejak 2007 tetapi mereka tidak pernah digunakan, meskipun ada upaya untuk menempatkan mereka di Chad dan Libya.
Memecah kelompok perang menjadi unit yang lebih kecil dapat membuat mereka lebih fleksibel dan lebih dapat digunakan.
"Penggunaan modul akan memberi kita fleksibilitas yang lebih besar untuk menyesuaikan kekuatan kita dengan sifat krisis...Ini adalah kunci jika kita ingin mengatasi hambatan yang kita hadapi di masa lalu," kata rancangan rencana strategis Uni Eropa itu.
Baca juga: Uni Eropa Segera Bentuk Pasukan Pertahanan Baru Dampingi NATO
REUTERS