TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa akan membentuk pasukan pertahanan baru dan senjata luar angkasa guna membantu mendanai, mengembangkan dan mengerahkan pasukan bersenjata di kawasan itu.
Pembentukan pasukan pertahanan di Komisi Eropa yang telah lama ditolak Inggris merupakan upaya presiden terpilih Ursula von der Leyen. Dia bermaksud membendung penurunan pengaruh Uni Eropa karena menghadapi tekanan berat Amerika Serikat untuk berbuat lebih banyak demi keamanan negara itu sendiri.
"Uni Eropa tidak akan pernah menjadi aliansi militer. Namun negara-negara anggota Uni Eropa telah diberitahu berulang kali bahwa pengadaan bersama angkatan bersenjata mereka adalah yang terpenting," kata von der Leyen kepada wartawan seperti dilaporkan Reuters, 10 September 2019.
Menurut vo der Leyen, mantan menteri pertahanan Jerman, rencana pembentukan pasukan pertahanan baru akan memberi manfaat kepada aliansi NATO yang dipimpin Amerika Serikat ke negara-negara Uni Eropa.
"NATO akan selalu menjadi pasukan pertahanan kolektif kami," ujarnya.
Sylvie Goulard, mantan anggota parlemen Uni Eropa dan sekarang bekerja di bank sentral Prancis, akan memimpin pasukan pertahanan baru ini.
Mengenai persenjataan di luar angkasa, Uni Eropa ingin mengembangkan teknologinya secara bersama, khususnya dengan perkembangan senjata ruang angkasa yang dilakukan Cina, Rusia, dan Amerika Serikat.
Untuk membentuk pertahanan baru dan persenjataan luar angkasa, dibutuhkan dana sekitar 13 miliar euro. Uang ini akan diambil dari anggaran Uni Eropa.