BAGHDAD -Kelompok milisi dukungan Iran dituding berada di belakang serangan drone ke Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, pada Minggu 7 November 2021 lalu.
Perdana Menteri Irak tersebut lolos tanpa cedera dari serangan di kediamannya di ibukota Irak, Baghdad, yang dilakukan dengan menggunakan pesawat tanpa awak sarat bahan peledak.
Banyaknya konflik di dunia juga menimbulkan milisi dengan kepentingannya masing-masing.
Milisi sendiri, dikutip dari britannica.com merupakan organisasi warga yang berbentuk militer dengan pelitahan terbatas. Biasanya yang disediakan untuk layanan darurat dan pertahanan lokal.
Kemunculan milisi-milisi ini dapat dilihat sejak zaman kerajaan Macedonia dibawah pimpinan Philip II. Terdapat milisi klan di daerah yang mampu berperang melawan penjajah.
Namun pada perkembangannya, bentuk milisi-milisi berubah arah dengan imbalan hak untuk menguasai tanah, tenaga kerja udak, dan sumber-sumber keuntungan lainnya. Hal ini disebabkan karena kekuatan politik yang semakin tersentralisasi.
Banyak contoh bentuk milisi yang pernah ada.
Salah satunya di Indonesia yaitu APRA atau Angkatan Perang Ratu Adil yang pro terhadap Belanda puluhan tahun silam.
Kelompok milisi ini muncul di era Revolusi Kemerdekaan. Dibentuk dan dipimpin oleh Raymond Westerling yang merupakan mantan kapten Tentara Hindia Belanda, Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL).
Raymond Westerling.
Westerling ingin mempertahankan bentuk negara yang federalis. Dia menolak Republik Indonesia Serikat yang terlalu Jawa-sentris di bawah Soekarno-Hatta kala itu.
Selain itu, kelompok milisi lokal banyak muncul setelah Presiden BJ Habibie mengumumkan akan diadakan jajak pendapat bagi nasib rakyat Timor Timur untuk memilih bergabung atau merdeka dari Indonesia. Tepatnya pada 27 Januari 1999.
Selanjutnya: Laporan organisasi pembelaan dalam masalah-masalah pelanggaran HAM...