TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Tuvalu, Simon Kofe, menyampaikan pidato untuk konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26 di Glasgow sambil berdiri di air laut hingga setinggi lutut.
Cara unik ini dilakukan untuk menunjukkan kondisi negara kepulauan di Pasifik itu berada di garis depan perubahan iklim. Negeri mini itu akan menderita paling berat jika dunia tidak segera berbuat nyata mencegah terjadinya pemanasan global.
Foto-foto Kofe berdiri dengan setelan jas dan dasi di podium yang didirikan di laut dengan celana digulung telah dibagikan secara luas di media sosial.
Aksi itu dilakukan untuk menarik perhatian dunia pada perjuangan Tuvalu sebagai negara pulau yang terletak di dataran rendah yang menghadapi ancaman tenggelam akibat naiknya permukaan laut .
"Pernyataan itu menyandingkan pengaturan COP26 dengan situasi kehidupan nyata yang dihadapi di Tuvalu karena dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut dan menyoroti tindakan berani yang diambil Tuvalu untuk mengatasi masalah mobilitas manusia yang sangat mendesak di bawah perubahan iklim," ujar Kofe dalam pesan videonya untuk COP26, seperti dikutip Reuters, Senin, 8 November 2021
Video itu direkam oleh stasiun penyiaran publik TVBC di ujung Fongafale, pulau utama di ibu kota Funafuti, kata seorang pejabat pemerintah Tuvalu.
Video itu akan ditampilkan pada pertemuan tingkat tinggi COP26 pada Selasa, 9 November 2021 saat para pemimpin regional mendorong tindakan lebih agresif untuk membatasi dampak perubahan iklim.
Banyak negara pencemar besar telah berjanji untuk mengintensifkan pengurangan karbon mereka selama beberapa dekade mendatang dan beberapa negara bermaksud mencapai nol bersih pada emisi karbon pada 2050.
Namun, para pemimpin negara-negara Kepulauan Pasifik menuntut tindakan segera dan menekankan bahwa kelangsungan hidup negara-negara dataran rendah sedang dipertaruhkan.
Peta Tuvalu
Tuvalu tetangga dekat kita
Masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang Tuvalu. Salah satu tetangga Indonesia di Pasifik ini, merupakan negara dengan luas terkecil keempat di dunia setelah Vatikan, Monako, dan Nauru.
Mempunyai luas area 26 kilometer persegi, Tuvalu terdiri atas empat pulau karang dan lima atol besar. Jumlah penduduk mencapai 10.400 orang.
Setelah merdeka dari Inggris Raya pada 1 Oktober 1978, Tuvalu menjadi negara monarki konstitusional dengan masih mengakui Ratu Inggris.
Sempat mencapai pertumbuhan di atas 6 persen per tahun sampai 2002, ekonomi Tuvalu tergoncang harga minyak. Kini negeri itu mengandalkan pariwisata yang juga belum pulih akibat pandemi.