TEMPO.CO, Jakarta - Krisis ekonomi Afghanistan yang semakin parah dan persediaan uang yang menipis telah memaksa Taliban membayar buruh dengan gandum.
Bagi buruh harian Kabul, Khan Ali, yang berjuang untuk menghidupi enam anggota keluarganya sejak kehilangan pekerjaan sebagai pedagang pasar, hidup menjadi begitu sulit sehingga dia menerima tawaran dari pemerintah Taliban yang kekurangan uang untuk membayarnya dengan gandum daripada mata uang afghani.
"Untuk saat ini ini bagus, setidaknya kami tidak akan mati kelaparan," kata pria berusia 43 tahun itu kepada Reuters, dikutip 28 Oktober 2021.
PBB memperkirakan hanya 5% rumah tangga Afghanistan yang bisa makan secara teratur. Pemerintah memberi 10 kg gandum yang tidak digiling sehari untuk menggaji pekerja yang mengelola sistem air dan drainase kota.
"Tentu saja tidak cukup, tetapi dalam situasi ini di mana semua orang Afghanistan mengeluh tentang kurangnya pekerjaan dan kemiskinan, ini bagus," kata Ali, mantan pedagang pasar yang terpaksa menjual gerobak yang dia gunakan di pasar utama Kabul ketika krisis ekonomi semakin parah.
Bantuan internasional sebagian besar telah hilang setelah penarikan pasukan asing dan kemenangan Taliban pada Agustus. Antrean panjang terlihat di luar bank-bank Afghanistan.
Bagi mereka yang memiliki rekening bank dan uang, penarikan tunai telah dijatah menjadi 20.000 afghani atau US$200 (Rp2,8 juta) seminggu untuk membantu mengelola persediaan uang yang semakin menipis.
"Tidak ada harapan besar yang tersisa untuk hidup di Afghanistan," kata warga lain bernama Abdul, yang juga mendapatkan pekerjaan yang dibayar dengan gandum tetapi memilih untuk tidak menyebutkan nama lengkapnya.
"Bagaimanapun dunia kita hancur, sekarang yang tersisa bagi kita hanyalah bertahan hidup," katanya pasrah.
Meskipun dia memiliki sedikit kepercayaan pada kemampuan pemerintah Taliban untuk menguasai krisis, dia juga menganggap dirinya di antara orang-orang yang beruntung.
"Ada ribuan seperti saya, menunggu kesempatan untuk memiliki pekerjaan yang saya miliki ini," katanya.
"Kemiskinan, pengangguran, dan keputusasaan telah memukul rakyat kami dengan keras. Tuhan tahu apa yang akan terjadi, saya pikir hari-hari yang sangat sulit akan datang."
Melewati sistem keuangan yang hampir runtuh, para pejabat pada Ahad mengumumkan program pekerjaan umum di mana 66.000 ton gandum akan didistribusikan kepada buruh yang mengisi 44.000 pekerjaan atau 44.000 buruh.
Sebagian besar pekerjaan akan melibatkan membangun pertahanan terhadap banjir bandang yang melanda Kabul di musim hujan, dan menggali parit untuk menyalurkan air ke muka air tanah yang sangat menipis.
Negara-negara tetangga telah menyumbangkan ribuan ton gandum untuk membantu Afghanistan menangani krisis kemanusiaan, tetapi penggunaan gandum sebagai alat pembayaran menandai betapa parah tingkat kehancuran ekonomi.
Sekitar US$9 miliar (Rp127 triliun) cadangan bank sentral Afghanistan dibekukan di luar negeri dan penyeberangan perdagangan utama telah diblokir selama berminggu-minggu, menghancurkan ekspor dan menghilangkan jutaan dolar pendapatan bea cukai dari pemerintah.
Baca juga: Sedih, Orangtua di Afghanistan Jual Bayi Rp 7 Juta Agar Bisa Makan
REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.