TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat bunuh diri di Thailand meningkat selama dua tahun terakhir. Pandemi Covid-19 membuat kesehatan mental masyarakat tertekan.
Data terakhir Departemen Kesehatan Jiwa Thailand menunjukkan angka kematian akibat bunuh diri meningkat tajam. Pada 2018 tercatat 5.768 kasus bunuh diri, menjadi 5.870 pada 2019. Angka itu naik menjadi 6.597 pada 2020. Ini berarti pada tahun lalu Thailand mencatat 10,08 kematian bunuh diri per 100.000 penduduk.
"Kecenderungan bunuh diri dan angka bunuh diri telah meningkat selama satu tahun terakhir," kata Amporn Benjaponpithak, direktur jenderal Departemen Kesehatan Mental Thailand.
Dia menyatakan keprihatinan atas tren kematian akibat bunuh diri, yang dipengaruhi oleh krisis COVID-19.“Setiap krisis memiliki dampak mental. Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri atau memiliki keterbatasan akan terpengaruh. Dampak paling serius, yang paling kami khawatirkan, adalah bunuh diri.”
Menurut Amporn, pandemi telah menyebabkan hilangnya nyawa dan mempengaruhi status sosial ekonomi. Ini cenderung terjadi secara tiba-tiba.
Banyak orang kehilangan anggota keluarga, kekasih atau sahabat yang mereka cintai. Yang lain kehilangan pekerjaan atau terbebani hutang.
“Suatu hari, semuanya terbalik dan mereka tidak bisa menyesuaikan diri dengan kerugian sebesar itu,” ujarnya saat diwawancarai CNA.
Sejak pandemi Covid-19 melanda Thailand pada Januari tahun lalu, interaksi sosial kian terbatas dan melemahkan ekonomi. Banyak harus bekerja dari rumah sementara yang lain menjadi pengangguran. Keadaan mengakibatkan lebih banyak orang stres dan memperburuk situasi bagi orang-orang yang sudah rentan.
Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, bisa menghubungi : Yayasan Pulih (021) 78842580
CHANNEL NEWS ASIA