TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat Negara Myanmar yang dikudeta, Aung San Suu Kyi, berhalangan hadir dalam persidangan sejumlah kasus yang menjeratnya. Dikutip dari kantor berita Reuters, ia tidak bisa menghadiri persidangan karena masalah kesehatan.
"Ia pusing karena mabuk perjalanan," ujar Pengacara Aung San Suu Kyi, Min Min Soe, Senin, 13 September 2021.
Min Min Soe memperjelas bahwa gejala yang diderita oleh Aung San Suu Kyi tidak berkaitan dengan COVID-19. Dugaan saat ini, kata ia, Aung Saan Suu Kyi sakit karena sudah lama tidak melakukan perjalanan jarak jauh.
Sebagaimana diketahui, sejak Myanmar dikudeta oleh junta militer pempinan Min Aung Hlaing, Aung San Suu Kyi menjadi tahanan rumah. Dia adalah satu dari dua orang pertama yang ditangkap oleh Junta Myanmar. Selain dia, ada Presiden Myanmar Win Myint.
Oleh Junta Myanmar, Aung Saan Suu Kyi dijadikan tersangka untuk berbagai perkara. Kasus pertama yang menjerat Aung San Suu Kyi adalah soal kepemilikan walkie talkie secara ilegal. Menurut Kepolisian Myanmar, Aung San Suu Kyi mengimpornya tanpa izin. Setelah kasus itu, ia dijerat perkara terkait kerahasiaan informasi negara, protokol COVID-19, hingga penyuapan.
Erywan Pehin Yusof, utusan khusus ASEAN untuk Myanmar. Sumber: Reuters
Atas perkara-perkara itu, Aung San Suu Kyi bisa dipenjara hingga belasan tahun. Sebagai contoh, kasus kerahasiaan informasi negara saja memiliki ancaman hukuman penjara 14 tahun. Kuasa hukum Aung San Suu Kyi menyakini Junta Militer Myanmar akan berusaha untuk memberikan durasi hukuman maksimum demi bisa menyingkirkannya.
Awal September lalu, Utusan khusus ASEAN untuk penyelesaian krisis di Myanmar, Erywan Yusof, dikabarkan bernegosiasi dengan junta militer untuk bisa menemui Aung San Suu Kyi.
Menurut laporan Reuters, Erywan Yusof meminta akses itu agar bisa mendapat gambaran komplit soal situasi di Myanmar. Walaupun Suu Kyi tak lagi bisa mengikuti perkembangan politik Myanmar sejak ditahan, Erywan menyakini mantan penasihat negara itu bisa memberikannya info-info penting soal hal-hal yang memicu krisis di negeri seribu pagoda tersebut.
"Ada kepentingan untuk segera berkunjung ke Myanmar. Walau begitu, sebelum itu, saya perlu mendapatkan kepastian dulu...Saya memerlukan gambaran jelas soal apa yang perlu saya lakukan dan apa yang boleh saya lakukan setibanya di Myanmar," ujar Erywan Yusof soal situasi di Myanmar.
Baca juga: Ingin Temui Aung San Suu Kyi, ASEAN Lakukan Pembicaraan dengan Junta Myanmar
ISTMAN MP | REUTERS