TEMPO.CO, Jakarta - Inggris membuka pembicaraan dengan Taliban untuk membahas evakuasi bagi warganya dan warga Afghanistan yang telah bekerja untuk negara Ratu Elizabeth tersebut.
Simon Gass yang merupakan perwakilan khusus Perdana Menteri Boris Johnson untuk transisi Afghanistan, terbang ke Doha, Qatar, untuk bertemu dengan perwakilan Taliban. Gass bertemu dengan perwakilan senior Taliban untuk membahas pentingnya perjalanan yang aman dari Afghanistan.
"Perjalanan aman tersebut untuk warga negara Inggris dan orang-orang Afghanistan yang telah bekerja dengan kami selama dua puluh tahun terakhir," menurut pernyataan dari pemerintah Inggris, Selasa, 31 Agustus 2021.
Pernyataan tersebut adalah yang pertama kalinya diungkapkan secara terbuka tentang diplomasi antara London dan Taliban. Inggris sebelumnya telah bergabung dengan Amerika Serikat dalam mengangkut lebih dari 100 ribu warganya ke luar Afghanistan sebelum berakhirnya batas waktu penarikan pasukan AS.
Taliban telah berjanji mengizinkan warga Afghanistan datang atau meninggalkan negara tersebut menyusul seruan masyarakat internasional. Lebih dari 8.000 warga Afghanistan yang membantu pasukan NATO berhasil keluar dari Afghanistan. Pemerintah Inggris mengatakan mereka akan diberikan cuti tanpa batas waktu untuk tetap tinggal.
Namun PM Boris Johnson dikecam karena banyaknya warga Afghanistan yang bekerja untuk NATO dan memenuhi syarat untuk pindah ke Inggris, diyakini masih terdampar di Afghanistan. Kini mereka berada di bawah kekuasaan Taliban.
Seorang menteri Inggris yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada surat kabar Sunday Times bahwa dia yakin Inggris dapat mengevakuasi 800-1.000 orang lagi dalam kekacauan evakuasi lewat udara itu.
Pemerintah Johnson berusaha memperpanjang batas waktu penarikan AS 31 Agustus, namun gagal membujuk Presiden Joe Biden.
Menteri luar negeri Inggris Dominic Raab juga dikecam partai oposisi Partai Buruh karena sedang berlibur saat Taliban mengambil alih Afghanistan. Di saat genting tersebut Raab memilih melanjutkan cutinya hingga selesai.
AL JAZEERA