TEMPO.CO, Jakarta - Produsen obat Pfizer Inc, BioNTech, dan Moderna Inc diperkirakan akan meraup miliaran dolar dari suntikan pendorong atau vaksin booster Covid-19. Vaksin booster Corona diperkirakan akan menyaingi penjualan tahunan vaksin flu senilai US$ 6 miliar di tahun-tahun mendatang, menurut analis dan investor kesehatan.
Selama beberapa bulan, perusahaan menyatakan orang yang disuntik vaksin covid-19 penuh akan membutuhkan booster untuk mempertahankan perlindungan dan menangkis varian delta. Terlebih sejumlah negara sudah menyatakan akan menawarkan dosis booster kepada warganya yang memiliki sistem kekebalan rendah untuk menangkal Covid-19 varian Delta yang sangat menular.
Sepanjang tahun ini dan 2022, Pfizer, bersama dengan mitra Jermannya BioNTech, dan Moderna meraih penjualan vaksin Covid-19 lebih dari US$ 60 miliar. Pasokan tersebut untuk dua dosis awal vaksin Covid-19 serta potensi miliaran dolar vaksin booster untuk negara-negara kaya.
Pada 2023, para analis memperkirakan Pfizer dan BioNTech akan meraih pendapatan lebih dari US$ 6,6 miliar dari suntikan booster. Sedangkan Moderna sebesar US$ 7,6 miliar. Untuk tahun-tahun mendatang, penjualan dari booster diprediksi sekitar US$ 5 miliar atau lebih.
Pfizer menolak berkomentar soal pendapatan dari vaksin booster covid-19. Pada kuartal kedua lalu, Pfizer hanya mengatakan butuh 6-8 bulan setelah vaksinasi untuk suntikan booster.
Sedangkan Presiden Moderna, Stephen Hoge pada sebuah wawancara pekan lalu mengatakan tak mengetahui kekuatan pasar. "Pada titik tertentu ini akan menjadi pasar yang lebih tradisional, populasi yang berisiko, nilai yang diciptakan, dan jumlah produk. Pada akhirnya akan berdampak terhadap harga," katanya.
Baca: Top 3 Dunia: Efek Samping Pfizer Hingga Taliban Rebut Kota Besar Afganistan
REUTERS | CNA