Pada tahun 2020 pemerintah Afganistan dan perwakilan Taliban mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan awal untuk melanjutkan pembicaraan damai antara kedua pihak.
Perjanjian tersebut membuka jalan ke depan untuk bisa melakukan diskusi lebih lanjut dan dianggap sebagai terobosan.
"Prosedur termasuk pembukaan negosiasi telah diselesaikan dan mulai sekarang, negosiasi akan dimulai dalam agenda," kata Nader Nadery, anggota tim negosiasi pemerintah Afganistan, kepada Reuters.
Juru bicara Taliban juga mengonfirmasi hal yang sama melalui Twitter. Kesepakatan itu muncul setelah diskusi yang dilakukan berbulan-bulan di Doha, ibu kota Qatar, dalam negosiasi yang didorong oleh AS.
Di Afganistan, kedua belah pihak masih berperang, dengan serangan Taliban terhadap pasukan pemerintah terus berlanjut.
Perwakilan khusus AS untuk Rekonsiliasi Afganistan, Zalmay Khalilzad, mengatakan bahwa kedua belah pihak telah menyetujui perjanjian sepanjang tiga halaman yang mengatur aturan dari prosedur untuk negosiasi mereka tentang peta jalan politik dan gencatan senjata yang komprehensif.
Gerilyawan Taliban telah menolak untuk menyetujui gencatan senjata selama tahap awal pembicaraan, meskipun ada seruan dari Barat dan badan-badan global, yang menyatakan bahwa langkah itu hanya akan diambil jika jalan ke depan untuk pembicaraan telah disepakati bersama.
Taliban menolak mengakui tim negosiasi Afganistan sebagai perwakilan dari pemerintah Afganistan, karena mereka menentang keabsahan pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani, yang mereka lihat sebagai boneka AS.
Saat Taliban berhasil digulingkan dari kekuasaan pada 2001 oleh pasukan pimpinan AS, pemerintah yang didukung AS telah memegang kekuasaan di Afganistan sejak itu, meskipun Taliban tetap memiliki kendali atas wilayah pedalaman di utara.
Berdasarkan kesepakatan Februari, pasukan asing akan meninggalkan Afganistan pada Mei 2021 dengan imbalan jaminan kontra-terorisme dari Taliban, termasuk merundingkan gencatan senjata permanen dan formula pembagian kekuasaan dengan pemerintah Afganistan.
Baca juga: Uni Eropa: Taliban Telah Menguasai 65 Persen Afghanistan
AFIFA RIZKIA AMANI | REUTERS | ANTARA | COUNCIL ON FOREIGN RELATIONS