“Kedua negara akan memperoleh manfaat dari kerjasama bilateral itu. Dan sekarang bukan saatnya saling menuding. Terorisme merupakan tantangan utama, ia merupakan musuh,” ujar Qureshi, di Islamabad, Selasa (2/12) waktu setempat.
Qureshi menyampaikan pidatonya itu sebagai di depan anggota Majelis Nasional yang tengah mengadakan sidang khusus untuk membicarakan sikap negara terhadap serangan teroris di Mumbai, India. Sebelumnya, pemerintah India menuding unsur Lashkar – i- Taiba adalah kelompok yang bertanggung jawab serangan di Mumbai.
Dikatakan, sebelumnya kelompok bersenjata itu telah melakukan beberapa serangan di India. Bahkan, salah seorang anggota teroris penyerang Mumbai yang berhasil ditangkap mengakui, Lashkar berada di belakang penyerangan di kota Mubai tersebut.
Sementara itu, Menteri Informasi Pakistan, Sherry Rahman menandaskan, Kepala badan Intelejen Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Shuja Pasha akan menjelaskan kepada sidang parlemen tentang langkah-langkah peredaan ketegangan antara India dan Pakistan pasca serangan teroris tersebut. “Kami harus meredakan tentang wacana konflik dan harus menciptakan perdamaian di wilayah ini,” tutur Sherry.
Seperti diketahui, India meminta Pakistan untuk menangkap dan menyerahkan 20 orang yang diyakini terkait aksi teroris di perbatasan kedua negara. Mereka juga diduga terlibat dalam serangkaian ledakan bom yang membunuh lebih dari 250 orang di Mumbai pada 1993.
Diantara 20 orang tersebut yang masuk dalam daftar utama orang yang dicari adalah Dawood Ibrahim, seorang mafia kelahiran India. Dawood diduga terlibat dalam perencanaan dan pembiayaan serangkaian pengeboman yang terjadi pada 1993.
Selain Dawood, terdapat nama Masood Azhar, salah seorang pimpinan kelompok teroris yang terkait dengan drama pembajakan India Airlines di Afghanistan pada tahun 1999.
ARIF ARIANTO | WASHINGTON POST