TEMPO.CO, Jakarta - Selain Vietnam, Myanmar juga menerapkan kebijakan lockdown COVID-19. Salah satunya di Yangon yang merupakan ibu kota bisnis Myanmar.
Dikutip dari Channel News Asia, Pemerintah Myanmar meminta warga di 10 kabupaten Yangon untuk tidak keluar dari rumah kecuali untuk membeli bahan pokok dan obat-obatan. Adapun satu rumah tangga hanya boleh mengirim satu orang untuk membeli barang-barang tersebut.
"Pengecualian diberikan untuk mereka yang bekerja bagi pemerintah," ujar keterangan pers Kementerian Kesehatan dan Olahraga, Kamis, 8 Juli 2021.
Kebijakan lockdown itu berlaku mulai Kamis ini. Lamanya masa lockdown belum ditetapkan hingga sekarang. Hal itu mengindikasikan Pemerintah Myanmar memantau perkembangan tren kasus sebelum mengambil keputusan lebih lanjut.
Ini bukan lockdown pertama yang diterapkan oleh Myanmar. Tahun lalu, Myanmar juga melakukan kebijakan serupa di beberapa bagian wilayahnya. Walau begitu, kebijakan itu kerap dilanggar karena alasan ekonomi.
Menurut laporan Channel News Asia, Myanmar menghadapi 4000 kasus per hari. Hal itu merupakan lonjakan besar dibanding angka pada Mei lalu yang hanya 50 per hari. Walau begitu, perlu dicatat bahwa mayoritas pekerja medis berhenti bekerja ketika Militer Myanmar mengkudeta pemerintahan pada Februari lalu. Hal itu menyebabkan pencatatan, penanganan, dan vaksinasi kasus COVID-19 tidak maksimal.
Per berita ini ditulis, baru 1,75 juta dari 54 juta warga Myanmar yang sudah divaksin. Untuk menggenjot angka itu, otoritas kesehatan Myanmar mengamankan banyak dosis dari Rusia dan Cina. "Dalam waktu dekat akan ada dua juta dosis vaksin COVID-19 untuk Myanmar," ujar keterangan pemerintah tanpa detil lebih lanjut.
Baca juga: Aung San Suu Kyi Peringatkan Warga Myanmar Hati-hati Dengan COVID-19
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA