TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Agung Korea Utara, Kim Jong Un, memecat sejumlah pejabat seniornya. Hal itu berkaitan dengan buruknya mereka menangani pandemi COVID-19 di Korea Utara. Kim Jong Un berkata, kegagalan mereka berperan mengantar Korea Utara ke dalam krisis besar.
Salah satu krisis yang dihadapi Korea Utara saat ini adalah minimnya persediaan bahan pokok. Sejak pandemi COVID-19 menyerang, ditambah cuaca buruk dan isu perdagangan, ekspor dari Cina menurun hingga 90 persen. Hal itu memicu naiknya harga-harga bahan pokok seperti harga satu paket kopi bisa mencapai US$100.
"Pejabat senior yang diserahi tugas negara (untuk mengendalikan pandemi) telah mengabaikan perintah yang datang dari partai...ujungnya menyebabkan krisis besar yang mengancam keamanan nasional dan warga. Akan ada konsekuensi besar," ujar Kim Jong Un dalam laporan kantor berita Korea Utara, KCNA, Rabu, 30 Juni 2021.
Per berita ini ditulis, belum jelas siapa dan berapa pejabat yang dianggap Kim Jong Un bertanggung jawab atas kegagalan penanganan pandemi. Menurut laporan KCNA, besar kemungkinan mereka adalah pejabat-pejabat eselon satu Partai Buruh karena terjadi pergantian anggota di sana dalam waktu bersamaan.
Perihal kasus COVID-19, Korea Utara masih belum mengungkapkan berapa jumlah kasus dan korban jiwa di sana. Mereka selalu menutupinya.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberikan arahan kepada stafnya saat menguji coba bus tingkat di Pyongyang, Korea Utara, 25 Maret 2021. Kim memilih menguji coba bus tingkat dan tidak menyaksikan peluncuran dua rudal balistiknya. KCNA via REUTERS
Terakhir kali berbicara soal COVID-19, Korea Utara menuduh kasus masuk ke Pyongyang lewat pembelot asal Korea Selatan yang datang lewat perbatasan di Kaesong. Sejak saat itu, Korea Utara menerapkan status darurat nasional dan menutup perbatasan di Kaesong.
Sejumlah pakar menyakini masih tertutupnya Korea Utara adalah pertanda adanya kasus dan korban COVID-19 di sana. Hal itu diperkuat dengan masih tertinggalnya infrastruktur kesehatan Korea Utara dibanding Korea Selatan serta belum adanya vaksin di sana.
Amerika sempat menawarkan vaksin COVID-19 ke Pyongyang, namun kelanjutannya tak jelas. Walau begitu, Korea Utara sudah membangun koordinasi dengan GAVI dan COVAX untuk memastikan mereka mendapat jatah donasi vaksin COVID-19.
Menurut pembelot asal Korea Utara, tidak mustahil kasus COVID-19 di Korea Utara kecil atau bahkan nol. Sebab, kata ia, tidak mudah berkeliaran di negeri tersebut. Sebagai contoh, warga Korea Utara wajib memegang surat izin dari aparat apabila hendak berpergian jauh dari rumah.
"Dengan kata lain, sedikit kesempatan untuk virus COVID-19 menular dari kota ke kota," menurut pembelot asal Korea Utrara yang enggan disebutkan namanya itu.
Baca juga: Warga Korea Utara Sebut Kim Jong Un Tampak Kurus
ISTMAN MP | CNN | REUTERS | KCNA