TEMPO.CO, Jakarta - Seorang terduga pelaku pengeboman di Republik Demokratik Kongo, meledakkan bom rakitan di sebuah persimpangan yang sibuk di Kota Beni, Minggu, 27 Juni 2021. Itu adalah ledakan kedua di Beni pada hari yang sama.
Tidak ada korban tewas dalam dua kejadian pengeboman berturut-turut tersebut, kecuali pelaku pengeboman. Bom pertama meledak pada Minggu pagi, 27 Juni 2021 di sebuah gereja katolik juga di Republik Demokratik Kongo.
Ledakan bom di gereja itu, melukai beberapa orang. Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab.
Wali Kota Beni, Narcisse Kashale Muteba, mengatakan pihaknya sudah memberlakukan jam malam di Kota Beni. Warga Beni sekarang waswas bakal ada ledakan bom susulan.
“Saya meminta kepada warga agar berlindung dan tetap berada di dalam rumah. Saya tidak ingin melihat ada yang keluyuran. Tidak ada kerusakan dalam serangan bom tersebut, hanya pelaku pengeboman yang tewas di tempat,” kata Muteba.
Sejumlah foto yang beredar di dunia maya memperlihatkan tubuh tersangka pengeboman yang berlumuran darah. Reuters belum bisa memverifikasi keaslian atas foto-foto yang beradar tersebut.
Kalinda Kule Malemo, warga Kota Beni, menceritakan dia sedang berdoa dengan sepupunya saat terdengar ledakan sangat keras di sekitarnya. Dia mencoba melarikan diri, namun karena panik dan macet, dia pun terjebak bersama warga yang lain di sebuah bar.
Pemerintah Republik Demokratik Kongo menuding kelompok Allied Democratic Forces (ADF) sebagai dalang pengeboman. ADF adalah kelompok yang secara terbuka bersekutu dengan Islamic State (ISIS).
Sejumlah ahli di PBB dalam sebuah laporan 16 Juni lalu menyebut ADF sudah bisa merakit bom memanfaatkan keahlian dari militan yang direkrut dari Afrika timur. Namun PBB belum bisa menemukan bukti adanya dukungan langsung dari ISIS untuk ADF.
Baca juga: Gunung Nyiragongo Meletus, Ribuan Warga Kongo Panik Tinggalkan Kota Goma
Sumber: Reuters