TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan pada Jumat, 25 Juni 2021, mendesak masyarakat agar tidak cuek dengan gelombang ketiga wabah virus corona setelah mantan Presiden John Magafuli skeptis dengan pandemi Covid-19.
Hassan naik jabatan setelah Magafuli meninggal pada Maret 2021 lalu. Pemerintah Tanzania telah mengubah taktik dari menyepelekan krisis menjadi menyerukan social distancing dan menekankan menggunakan masker di tempat-tempat umum.
Samia Suluhu Hassan, 61 tahun, menjadi Presiden perempuan pertama Tanzania. Sumber: en.wikipedia.org
Tanzania belum menjalankan program imunisasi massal vaksin virus corona, namun negara ini sudah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan program berbagi vaksin Covid-19, Covax. WHO mengatakan otoritas di Tanzania sedang bekerja sama dengan mitra kesehatan mereka untuk merencanakan pengerahan vaksin virus corona ke Tanzania.
Tanzania juga telah meminta IMF (Dana Moneter Internasional) untuk mengucurkan uang pinjaman sebesar USD 571 juta (Rp 8,2 triliun). Rencananya uang pinjaman itu untuk membantu mengatasi berbagai tantangan, yang disebabkan oleh virus corona.
“Seperti yang Anda tahu dunia sedang terseok-seok dengan gelombang ketiga Covid-19. Kita sudah mengalami gelombang pertama Covid-19. Gelombang kedua Covid-19 sudah berlalu dan sekarang ini gelombang ketiga pandemi Covid-19. Sudah ada tanda-tanda gelombang ketiga virus corona di negara kita. Sudah banyak pasien dalam gelombang ketiga Covid-19 ini,” kata Hassan, dalam sebuah pidato.
Sebelumnya mantan Presiden Magafuli menyepelekan ancaman Covid-19. Dia menyebut Tanzania bebas dari virus corona dan vaksin Covid-19 adalah sebuah konspirasi dari Barat. Di bawah pemerintahan Magafuli, Tanzania yang berpopulasi 58 juta jiwa, sudah tidak lagi melaporkan kasus positif Covid-19 dan kematian akibat virus itu pada Mei 2020.
Baca juga: Belum Dapat Vaksin Covid-19, Muslim di Tanzania Pesimis Bisa Naik Haji
Sumber; Reuters