TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyampaikan bahwa 90 persen dari negara-negara Afrika tidak akan mencapai target vaksinasi COVID-19 pada September ini. Padahal, target yang ditetapkan adalah 10 persen dari total populasi mereka di mana untuk berjaga-jaga akan kemungkinan gelombang baru COVID-19.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Direktur WHO Regional Afrika Matshidiso Moeti menyatakan ratusan juta dosis COVID-19 diperlukan untuk bisa mencapai target itu. Besarannya kurang lebih 225 juta dosis. Untuk saat ini, ia sangsi target itu bakal tercapai mengingat tak meratanya distribusi vaksin.
"Dengan menipisnya stok vaksin COVID-19 maupun pengirimannya, angka vaksinasi COVID-19 di Afrika akan terjebak di angka 2 persen atau bahkan 1 persen untuk kawasan Sub-Sahara Afrika," ujar Moeti dalam rapat mingguannya, Kamis, 10 Juni 2021.
Per berita ini ditulis, benua Afrika tercatat memiliki 5 juta kasus COVID-19. Wilayah selatan Afrika menjadi yang paling terdampak, menyumbang 37 persen dari total angka kasus. Apabila dirinci lebih lanjut, negara yang paling terdampak adalah Afrika Selatan yang menyumbang 34 persen dari total kasus dan 43 persen dari total kematian.
Hal tersebut tidak lepas dari beredarnya varian baru COVID-19 di Afrika Selatan. Varian itu disebut lebih cepat menyebar dibanding varian biasa.
"Vaksin COVID-19 terbukti efektif mencegah kasus dan kematian. Oleh karenanya, negara yang memiliki surplus vaksin COVID-19, kami berharap mau menyumbangkannya ke Afrika. Ini masalah hidup dan mati," ujar Moeti.
Moeti berkata, rencana Presiden Amerika Joe Biden untuk membeli dan menyumbangkan 500 juta dosis vaksin COVID-19 ke 90 negara adalah langkah positif. Ia berharap negara-negara lain akan mengikutinya.
Secara terpisah, Pusat Pengendalian Penyakit Afrika menyatakan 14 negara Afrika rentan diserang gelombang baru pandemi COVID-19. Keberadaan varian baru COVID-19 menjadi faktornya menurut kepala pusat pengendalian, John Nkengasong.
"Seperti yang kalian lihat di India, varian baru bisa bertahan cukup lama. Kami terus memantau situasi di Afrika dan memastikan apakah varian dan gelombang baru pandemi berkorelasi," ujar Nkengasong.
Baca juga: Uganda Lockdown Lagi
ISTMAN MP | REUTERS