TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Uganda Yoweri Museveni pada Minggu, 6 Juni 2021, memberlakukan lagi lockdown ketat, yang diharapkan bisa membantu melawan pandemi Covid-19 di negara itu. Dengan pemberlakuan lockdown ini, maka sekolah-sekolah tatap muka ditiadakan dan lalu-lintas antar distrik dan perjalananan internasional, diperketat.
Kebijakan itu akan berlaku per Senin pagi, 7 Juni 2021. Semua jenis tempat pendidikan, ditutup. Begitu pula perjalanan lintas distrik, ditutup dan pasar kaget juga ditutup. Layanan ibadah di gereja, ditunda sementara.
Lockdown ini akan berlaku selama 42 hari ke depan. Setelahnya, akan dilakukan evaluasi bagaimana lockdown yang diberlakukan tersebut sehingga bisa membantu Pemerintah Uganda apakah akan melonggarkan lockdown atau memperpanjangnya.
Uganda adalah salah satu negara di Afrika yang paling ketat memberlakukan lockdown pada awal pandemi Covid-19 terjadi di negara itu lebih dari setahun lalu. Lockdown secara bertahap sudah dicabut menyusul melambatnya kasus baru positif Covid-19, namun pada bulan lalu telah memperlihatkan kenaikan lagi.
Kenaikan kasus infeksi virus corona, khususnya mulai terjadi di kalangan anak-anak muda Uganda. Kondisi ini memunculkan waswas kalau Uganda bisa saja tergelincir pada gelombang kedua wabah virus corona, yang mungkin saja bakal sulit dikendalikan.
Dalam pidatonya yang disiarkan lewat televisi pada Minggu malam, Presiden Museveni mengatakan gelombang kedua pandemi Covid-19 mengancam Uganda, yang bisa saja dengan mudah menyebar dan berkelanjutan.
Menurut Museveni, pihaknya khawatir lonjakan kasus baru Covid-19 bisa membuat tempat tidur dan suplai oksigen di rumah sakit – rumah sakit di Uganda, habis. Kecuali Pemerintah menerbitkan kebijakan bidang Kesehatan Masyarakat yang mendesak.
Baca juga: Menang Pemilu, Presiden Uganda Terpilih Lagi Untuk yang Keenam Kali
Sumber: Reuters