TEMPO.CO, Jakarta - Amerika ternyata pernah memata-mata Kanselir Jerman Angela Merkel dan politisi-politisi oposisinya. Hal itu terungkap dalam laporan investigasi internal Badan Intelijen Pertahanan Denmark perihal kerjasama intelijen dengn Amerika dari 2012 hingga 2014. Uniknya, menurut laporan tersebut, sebagian operasi mata-mata yang dilakukan Amerika menggunakan infrastruktur Denmark.
Dikutip dari kantor berita Reuters, penyadapan dilakukan oleh Agensi Keamanan Nasional Amerika alias NSA. NSA melakukannya dengan memanfaatkan tekonologi penyadapannya (Xkeyscore) dan kabel informasi yang dimiliki Denmark. Adapun pemimpin dan politisi negara yang dimata-matai Amerika tidak hanya dari Jerman saja, tetapi juga Swedia, Norwegia, dan Prancis.
Baca Juga:
Menteri Pertahanan Denmark, Trine Bramsen, enggan berkomentar soal temuan Badan Intelijen Pertahanan tersebut. Ia berkata, dirinya tak mau mengomentari spekulasi intelijen kepada media.
"Apa yang bisa saya katakan, pemerintah ini memiliki sikap yang konsisten bahwa penyadapan secara sistemik terhadap negara sekutu adalah hal yang tak bisa diterima," ujar Bramsen tanpa membenarkan ataupun menyangkal laporan intelijen, Senin, 31 Mei 2021.
Kanselir Jerman Angela Merkel. Bernd von Jutrczenka/Pool via REUTERS
Pemimpin Oposisi Jerman Peer Steinbruck, yang masuk daftar dimata-matai, mengaku terkejut dengan temuan intelijen Denmark. Sebab, kata ia, Jerman, Denmark, dan Amerika adalah sekutu. Steinbruck berkata, tidak wajar negara sekutu menyadap atau memata-matai rekanannya sendiri.
"Mengerikan bahwa rekan intelijen mematai-matai atau menyadap pemimpin-pemimpin negara lain. Secara politik, saya menganggap isu ini sebagai skandal," ujar Steinbruck.
Berbeda dengan Steinbruck, Kantor Kekanseliran Jerman memilih untuk tidak berkomentar dulu. Mereka mengklaim baru mengetahui temuan tersebut ketika ditanyai oleh media.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Swedia Peter Hultqvist mendesak adanya penjelasan lengkap dari Denmark maupun Amerika. Pernyataan serupa juga datang dari Menteri Pertahanan Norwegia Frank Bakke-Jensen dan Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune yang mengatakan temuan intelijen Denmark adalah perkara serius.
"Ini bisa menjadi serius jika terkonfirmasi. Ini harus dicek dan tidak tertutup kemungkinan bakal ada protes diplomatik," ujar Clement Beaune.
Pemerintah Amerika maupun NSA enggan berkomentar soal laporan yang beredar.
Warisan Snowden bagi Jurnalisme
Dikutip dari Reuters, laporan Badan Intelijen Pertahanan Denmark merupakan bagian dari investigasi internal yang dilakukan pada 2015. Investigasi dipicu data-data yang dibocorkan mantan karyawan NSA, Edward Snowden, perihal cara kerja intelijen Amerika. Menurut data Snowden, telah terjadi penyalahgunaan wewenang.
Tahun lalu, Pemerintah Denmark sudah memecat kepala Badan Intelijen Pertahanan dan tiga pejabatnya karena dugaan penyalahgunaan wewenang tersebut. Hal itu dilakukan di tengah investigasi internal yang diawasi oleh badan independen. Adapun Pemerintah Denmark sempat menyatakan pada tahun lalu bahwa mereka akan memulai investigasi berdasarkan bocoran-bocoran whistleblower seperti Edward Snowden.
Baca juga: Snowden Pernah Sebut Konsulat Jenderal AS di Chengdu Sadap Cina
ISTMAN MP | REUTERS