Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

EKSKLUSIF, Warga Palestina Skeptis Gencatan Senjata dengan Israel Bakal Awet

image-gnews
Warga Palestina berkumpul setelah kembali ke rumah mereka yang dihancurkan oleh serangan Israel dalam kekerasan lintas batas baru-baru ini antara militan Palestina dan Israel, menyusul gencatan senjata Israel-Hamas, di Gaza 21 Mei 2021. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Warga Palestina berkumpul setelah kembali ke rumah mereka yang dihancurkan oleh serangan Israel dalam kekerasan lintas batas baru-baru ini antara militan Palestina dan Israel, menyusul gencatan senjata Israel-Hamas, di Gaza 21 Mei 2021. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gencatan senjata dengan Israel dirayakan bak Idul Fitri di Palestina. Teriakan takbir terdengar di berbagai kota, diikuti warga yang saling berpelukan karena mereka tak lagi berhadapan dengan maut. Sebelumnya, selama 11 hari, nyawa mereka terancam oleh ribuan serangan roket Israel yang diklaim "pertahanan diri".

Meski gencatan sudah tercapai berkat upaya mediasi dari Mesir, warga Palestina tetap waspada. Mereka tahu Israel bisa kapan saja memlintir kesepakatan damai yang ada. Maklum, hal itu sudah terjadi berkali-kali walaupun gencatan apapun patut disyukuri. Salah satu hal yang dikhawatirkan warga Palestina, serangan ke Gaza dialihkan ke wilayah lain. Gaza bukan satu-satunya titik panas di Palestina.

Kekhawatiran itu terbukti. Usai Salat Jumat, bentrokan antara warga Palestina dan aparat Israel kembali terjadi. Lagi-lagi di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur. Aparat Israel membubarkan warga yang merayakan gencatan senjata dengan menembakkan gas air mata, bom asap, serta peluru karet. Warga Yerusalem Timur mengaku tidak kaget bentrokan terjadi lagi.

"Jujur saya sudah tidak kaget lagi. Israel tidak pernah benar-benar berkomitmen untuk kesepakatan (gencatan senjata) seperti itu," ujar warga Yerusalem Timur, Haya, ketika diwawancarai Tempo via telepon, Jumat waktu setempat, 21 Mei 2021.

Anggota polisi Israel berjaga selama bentrokan dengan warga Palestina di kompleks Masjid Al Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, 10 Mei 2021. Kerusuhan terjadi di saat Israel merayakan Hari Yerusalem yang memperingati perebutannya atas beberapa bagian kota dalam perang Arab-Israel tahun 1967. REUTERS/Ammar Awad

Baca juga: Polisi Israel dan Warga Palestina Bentrok Lagi di Masjid Al-Aqsa

Haya berkata, jika Israel memang benar-benar berniat untuk gencatan senjata, maka bentrokan di Al-Aqsa tak seharusnya terjadi lagi. Apalagi, kata ia, serangan dilakukan tanpa alasan yang jelas, sama seperti serangan-serangan sebelumnya. Oleh karenanya, ia merasa gencatan senjata tidak akan berlangsung lama.

Paling lama, menurut Haya, situasi akan mereda selama kurang lebih 2-3 bulan saja terutama untuk wilayah Gaza. Setelah periode tersebut, ia memprediksi serangan-serangan akan dimulai lagi, baik oleh aparat Israel maupun mereka yang menduduki wilayah Palestina secara ilegal. Hal itu, kata ia, berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya, salah satunya pada Perang Gaza di tahun 2014.

"Kami memang sangat-sangat haus untuk merayakan sesuatu (seperti gencatan senjata) karena kami hidup menderita selama ini...Kami berjuang seorang diri dan negara-negara Arab lainnya jarang mengintervensi. Namun, kami sadar bahwa kami juga harus waspada karena Israel tidak pernah memegang komitmennya."

"Gencatan senjata ketika pendudukan berlangsung itu selalu bersifat temporer. Sewaktu-waktu kami bisa saja dibunuh, diserang, ditendang darti rumah kami, atau dipenjara. Tidak ada hidup normal," ujar Haya menegaskan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sikap skeptis yang sama ditunjukkan oleh Ziad, warga Palestina asal Tepi Barat (West Bank). Ia berkata, selama gencatan senjata tidak diikuti dengan sebuah perjanjian yang berkekuatan hukum, maka Israel bisa kapan saja kembali menyerang. Serangan berikutnya bisa jadi tidak di Gaza, tetapi di wilayah lainnya.

Sistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel terlihat dari Ashkelon, Israel 12 Mei 2021. REUTERS/Amir Cohen

"Kuberitahu, mereka tidak akan mendiamkan Sheikh Jarrah, mereka tidak akan mendiamkan Yerusalem Timur, mereka tidak akan mendiamkan warga Palestina di manapun itu kecuali Gaza. Mereka hanya akan berhenti menyerang Gaza," ujar Ziad kepada Tempo via telepon.

Ziad menambahkan, serangan Israel kepada warga Palestina, terjadi harian, bukan sebulan sekali ataupun setahun sekali. Kasus Sheikh Jarrah, Al-Aqsa, dan Gaza akhir-akhir ini, kata ia, hanyalah apa yang membuat media kembali menyorot situasi Palestina dan Israel. Itulah kenapa, dirinya tetap waspada akan kemungkinan serangan lanjutan dari Israel.

Per berita ini ditulis, ada 200 lebih orang yang menjadi korban pertempuran Israel dan Palestina. Menurut data WHO, ada 257 orang meninggal dan 8.538 cedera selama 11 hari pertempuran antara milisi Palestina (Hamas) dengan angkatan bersenjata Israel.

Di Israel, PM Benjamin Netanyahu dikritik keras karena menyetujui gencatan senjata. Kelompok oposisi bahkan menyebut keputusan Netanyahu memalukan. Partai sayap kanan Israel, Jewis Power Party, mengatakan keputusan Netanyahu adalah sikap tunduk terhadap dikte dari Hamas.

Netanyahu membela diri, mengatakan bahwa apa yang dilakukan angkatan bersenjata Israel telah memberi dampak besar ke Hamas. "Angkatan bersenjata telah memberikan kerusakan maksimum ke Hamas dengan jumlah korban minimum di Israel," ujar Netanyahu soal serangan roket ke Palestina.

Baca juga: 11 Hari Pertempuran dengan Israel, Segini Kerugian yang Dialami Gaza

ISTMAN MP

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menlu Retno Bilang Veto di PBB Tak Surutkan Dukungan RI untuk Palestina

3 menit lalu

Aktivis HAM saat menghadiri acara Koalisi Musisi Untuk Gaza'STOP GENOSIDA PALESTINA' di depan Kedubes AS, Jakarta, Jumat 19 April 2024. Dalam aksinya para Aktivis HAM menuntut gencatan senjata dan kemerdekaan absolut Palestina dari okupansi Israel dan kroninya. TEMPO/Subekti.
Menlu Retno Bilang Veto di PBB Tak Surutkan Dukungan RI untuk Palestina

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut, Indonesia akan tetap menjalankan diplomasi guna mendukung perjuangan bangsa Palestina.


18 Negara Ini Desak Hamas Terima Kesepakatan Bebaskan Sandera

2 jam lalu

Seorang anak perempuan Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
18 Negara Ini Desak Hamas Terima Kesepakatan Bebaskan Sandera

Sekelompok 18 negara meminta Hamas untuk segera membebaskan sandera dan menerima perjanjian gencatan senjata.


Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

2 jam lalu

Gedung Departemen Luar Negeri  di Washington. Reuters
Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

Jubir bahasa Arab untuk Deplu AS telah mengundurkan diri dari jabatannya karena penentangannya terhadap kebijakan Biden di Gaza.


Mendapat Respons Keras dari Otoritas, Protes Pro-Palestina di Kampus AS Justru Meluas

3 jam lalu

Para pengunjuk rasa berada di sebuah perkemahan tempat para mahasiswa melakukan protes untuk mendukung warga Palestina, selama konflik antara Israel dan Hamas, di kampus Universitas Northwestern di Evanston, Illinois, AS, 25 April 2024. REUTERS/Nate Swanson
Mendapat Respons Keras dari Otoritas, Protes Pro-Palestina di Kampus AS Justru Meluas

Bentrokan baru antara polisi dan mahasiswa pro-Palestina yang menentang perang Israel di Gaza pecah pada Kamis, 25 April 2024.


Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

4 jam lalu

Petugas kepolisian menahan pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Texas, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Austin, Texas, AS 24 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.


Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

4 jam lalu

Koalisi mahasiswa Universitas Michigan berkumpul di sebuah perkemahan di Diag untuk menekan universitas tersebut agar melepaskan dana abadinya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel atau dapat mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kampus perguruan tinggi Universitas Michigan  di Ann Arbor, Michigan, AS, 22 April 2024. REUTERS/Rebecca Cook
Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.


70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

16 jam lalu

Seorang perempuan Palestina duduk diantara pakaian bekas di pasar loak mingguan di kamp pengungsian Nusseirat, Gaza, 15 Februari 2016. Permintaan untuk pakaian telah menjadi barometer bagi situasi ekonomi di Gaza. AP/Khalil Hamra
70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.


Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

16 jam lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza


Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

17 jam lalu

Direktur Cyber Intelligence PT Spentera, Royke Tobing (paling kiri), saat diskusi bertajuk Ancaman Operasi Intelijen Siber Atas Indonesia, di Jakarta,  Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.


PM Spanyol Ajukan Cuti Sementara Usai Istrinya Dituduh Korupsi

18 jam lalu

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez. REUTERS/Andrew Kelly
PM Spanyol Ajukan Cuti Sementara Usai Istrinya Dituduh Korupsi

PM Spanyol Pedro Sanchez adalah pendukung utama Palestina. Ia memutuskan untuk cuti sementara usai istrinya dituduh korupsi.