TEMPO.CO, Jakarta - Israel dan Palestina akhirnya sepakat melakukan gencatan senjata pada Jumat, 21 Mei 2021 setelah pertempuran selama 11 hari. Pertempuran itu telah menimbulkan kerugian, seperti fasilitas sanitasi di Gaza lumpuh dan juga mengganggu perekonomian Israel.
Kementerian Perumahan Gaza pada Kamis, 20 Mei 2021 mengatakan sebanyak 16.800 unit rumah, rusak. Dari jumlah tersebut, 1.800 rumah, masih bisa ditinggali dan seribu rumah lainnya dalam kondisi benar-benar remuk.
Warga Palestina memeriksa puing-puing hunian yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 14 Mei 2021. Ketegangan antara Israel dan kelompok militan yang dipimpin Hamas telah berkobar sejak Senin (10/5). Xinhua/Yasser Qudih
Juru bicara distribusi listrik untuk wilayah Jalur Gaza Mohammad Thabet mengatakan masyarakat sekarang hanya bisa menikmati listrik selama 3 jam – 4 jam, sebelumnya mereka bisa mendapatkan listrik sampai 12 jam.
Sedangkan Hamas memperkirakan bombardir telah menyebabkan kerusakan pada sejumlah pabrik dan zona industri di Jalur Gaza dengan kerugian mencapai USD 40 juta (Rp 574 miliar). Ada juga kerugian sebanyak USD 22 juta (Rp 316 miliar) pada sektor energi.
Kementerian pertanian Gaza memperkirakan kerugian di sektor pertania sekitar USD 27 juta (Rp 387 miliar), diantaranya kerusakan pada rumah kaca, lahan pertanian dan peternakan unggas. PBB dan sejumlah lembaga nirlaba mengatakan warga Palestina sekarang punya akses terbatas pada fasilitas air.
UNRWA, badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, pada Kamis, 20 Mei 2021 mengajukan permohonan agar dikucurkan dana sebesar USD 38 juta untuk mendanai kebutuhan kemanusiaan di Gaza dan Tepi Barat setelah serangan beberapa hari terakhir.
Baca juga : Ini Kata Hamas Soal Kesepakatan Gencatan Senjata Dengan Israel
Sumber: Reuters