TEMPO.CO, Jakarta - Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Febrian Alphyanto, menegaskan bahwa sikap Indonesia konsisten soal isu pertempuran Israel - Palestina. Ia berkata, Indonesia mendesak adanya penghentian kekerasan atau gencatan senjata atas pertempuran yang terjadi.
"Kami menginginkan berhentinya saling serang menyerang. Saving live, itu kan tujuan DK PBB. Tidak bisa menunggu," ujar Febrian dalam press briefing Kementerian Luar Negeri, Kamis, 20 Mei 2021.
Febrian melanjutkan bahwa apa yang diinginkan Indonesia bukan gencatan senjata yang sifatnya temporer, tetapi permanen. Apabila berkaca pada pengalaman selama ini, kata Febrian, gencatan senjata antara Palestina dan Israel tidak pernah berkelanjutan. Alhasil, tiap beberapa tahun atau bulan, selalu terjadi ketegangan baru.
"Situasi di Gaza (Palestina) kan sudah berkali-kali. Sempat ilang, kemudian ada lagi. Ini tidak akan bisa bertahan jika tidak ada mekanisme yang jelas," ujarnya.
Febrian menjelaskan bahwa Responsibility to Protect (R2P) PBB bisa saja digunakan untuk menangani situasi Palestina - Israel. Namun, ia mengingatkan bahwa R2P masih berupa konsep dan belum ada konsensus soal bagaimana hal itu diimplementasikan.
Sebagai catatan, R2P adalah rancangan soal bagaimana konflik kejahataan kemanusiaan, pelanggaran HAM, Genosida, hingga ethnic cleansing ditangani. Tujuannya, agar tidak ada intervensi kolektif yang malah menimbulkan eskalasi, tetapi langkah untuk mencapai damai yang berkelanjutan.
Adapun salah satu dari tiga pilar R2P yang masih kerap diperdebatkan adalah soal bagaimana jika negara tempat terjadinya kejahataan yang diatur R2P enggan dan tidak mampu bertanggung jawab.
"Paling ramai di pilar ketiga ini. Ini butuh pembahasan lebih jauh, butuh timing. Tentu koridor-koridornya sudah jelas, namun ini yang masih menjadi topik pembahasan. Belum ada konsensus soal bagaimana implementasi R2P."
"Jika betul nanti pilar ketiga yang akan dilaksanakan, hal itu harus melalui Dewan Keamanan PBB karena DK PBB lah yang diberi tugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan...Gak bisa sepuluh negara nanti tiba-tiba melakukan intervensi kolektif," ujar Febrian.
Per berita ini ditulis, pertempuran antara Israel dan Palestina masih berlanjut. Israel bahkan menegaskan akan tetap melanjutkan serangannya ke Gaza. Adapun 227 warga Palestina tewas dalam pertempuran yang telah berlangsung selama 11 hari.
Baca juga: Indonesia Klarifikasi Kabar Tolak Resolusi Perlindungan HAM PBB
ISTMAN MP