TEMPO.CO, Jakarta - Maroko pada Kamis, 6 April 2021, memanggil Duta Besarnya untuk Jerman untuk berkonsultasi. Langkah itu diambil sebagai bentuk protes atas sikap Jerman yang digambarkan Maroko berperilaku destruktif terkait posisi Maroko dalam masalah Sahara Barat.
Maroko menuduh Jerman telah terlibat dalam aktivisme antagonistik setelah Amerika Serikat pada Desember 2020 lalu mengaku kedaulatan Maroko atas teritorialnya, yang juga diklaim sebagai negara merdeka oleh gerakan Polisario Front yang didukung Aljazair.
Pengakuan dari Washington itu bagian dari sebuah kesepakatan, dimana sebagai imbalannya Maroko meningkatkan hubungan diplomatiknya dengan Israel. Hal tersebut lalu mendorong Jerman menyerukan agar dilakukan rapat Dewan Keamanan PBB untuk membahas permasalahan ini.
Sebelumnya pada Maret 2021, Maroko memerintahkan semua kementerian dan lembaga di Maroko agar menjauhkan diri segala bentuk kerja sama dengan kontak dengan Kedutaan Besar Jerman dan organisasi-organisasi politik Jerman.
Sedangkan pada Kamis, 6 Mei 2021, Maroko mengatakan Jerman telah mengungkapkan informasi sensitif dari keamanan Maroko. Maroko tidak menjelaskan hal ini lebih lanjut.
Dalam sebuah pernyataan, Maroko juga mengungkit-ungkit lagi komplain saat Jerman tidak mengundang Maroko ke sebuah konferensi dengan Libya pada 2020. Maroko dalam setahun terakhir telah memainkan peran dalam negosiasi diplomatik dengan Libya dengan menjadi tuan rumah perundingan antara kelompok-kelompok yang bersengketa di Libya.
Kementerian Luar Negeri Jerman mengaku belum mendapat informasi soal Duta Besar Maroko yang ditarik itu. Mereka menambahkan, belum memahami tuduhan Maroko, namun telah meminta sebuah penjelasan.
“Kami sungguh kaget dengan kebijakan ini karena kami membuat upaya konstruktif dengan Maroko untuk menyelesaikan krisis ini,” kata sumber di Kementerian di Jerman.
Baca juga: Kelompok Islam di Maroko Menolak Normalisasi Hubungan Israel
Sumber: Reuters