TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Joe Biden ingin menurunkan ketegangan dengan Rusia yang menanjak beberapa hari terakhir, terutama akibat isu Ukraina dan Krimea. Untuk mewujudkannya, Joe Biden dilaporkan telah mengajukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Harapannya, dari pertemuan itu, semua menjadi jelas.
Menurut laporan Reuters, pengajuan itu disampaikan Joe Biden ke Putin via telepon. Adapun Joe Biden menawarkan pertemuan digelar di negara lain, bukan di Amerika maupun Rusia.
"Presiden Biden menyuarakan keluhannya terkait konsentrasi militer tiba-tiba di perbatasan Ukraina dan Krimea," ujar keterangan pers Gedung Putih, Selasa, 13 April 2021.
Presiden Biden menambahkan kepada Putin di teleponnya bahwa Amerika tidak memiliki niatan untuk bermusuhan dengan Rusia. Apa yang diinginkan Amerika, kata Biden, adalah hubungan yang stabil dan terkendali. Joe Biden berharap pertemuan bisa digelar untuk memastikan segala isu antara Amerika dan Rusia bisa di-clearkan.
Jika Rusia mencari gara-gara dengan mengancam kepentingan nasional Amerika, Joe Biden menegaskan bahwa pihaknya tak akan tinggal diam. Hal tersebut menyinggung kasus-kasus di mana Rusia melakukan peretasan dan mencoba mengintervensi pemilu Amerika.
Anggota unit pertahanan diri pro-Rusia berjalan setelah mengambil sumpah kepada pemerintah Krimea di Simferopol (10/3). Pasukan Rusia posisinya di semenanjung Krimea Ukraina pada Senin, mengambil alih sebuah rumah sakit militer dan pangkalan rudal. REUTERS/Vasily Fedosenko
Pemerintah Rusia mengkonfirmasi percakapan telepon antara Joe Biden dan Vladimir Putin. Mereka juga membenarkan adanya permintaan untuk pertemuan tingkat tinggi, namun belum bisa memberikan jawaban apakah permintaan itu diiyakan atau tidak.
Menurut keterangan Pemerintah Rusia, Biden ingin melakukan normalisasi dengan Rusia untuk berbagai isu. Hal itu mulai dari soal perdagangan senjata, perjanjian nuklir Iran, penarikan pasukan dari Afghanistan, hingga perubahan iklim.
Diberitakan sebelumnya, Rusia menjadi sorotan beberapa hari terakhir karena menempatkan 80 ribu tentara, berserta alusista, di perbatasan Ukraina dan Krimea. Beberapa pihak menyakini konsentrasi itu sebagai persiapan Rusia berperang dengan Ukraina, terutama soal status kelompok separatis pro-Rusia yang berbasis di Donetsk dan Luhansk.
Amerika termasuk pihak yang mengendus niatan perang itu. Oleh karenanya, mereka mengirimkan dua kapal perangnya ke Laut Hitam. Selain itu, Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken memperingatkan Rusia untuk tidak mencari gara-gara dengan Ukraina. Dalam hal ini, Blinken menegaskan Amerika berada di pihak Ukraina.
Rusia merespon keras ucapan Blinken. Mereka balik meminta Amerika untuk tidak mencari gara-gara. Selain itu, mereka juga meminta Amerika untuk segera menarik mundur kedua kapal perangnya yang sedang melaut ke Laut Hitam.
"Amerika adalah musuh kami dan akan berupaya apapun untuk memojokkan Rusia di panggung global...Kami peringatkan Amerika untuk jauh-jauh dari Krimea dan pesisir Laut Hitam. Ini untuk kebaikan mereka," ujar Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, kepada administrasi Joe Biden.
Baca juga: Gedung Putih Waswas Rusia Menempatkan Tentara di Perbatasan Ukraina
ISTMAN MP | REUTERS | AL JAZEERA