TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, mengumumkan bahwa Israel akan membekukan program pengiriman bantuan vaksin COVID-19 ke negara lain. Gantz berkata, pemerintah mengambil keputusan itu setelah mendapati kebijakan tersebut dikritik oleh berbagai pihak. Belum diketahui apakah pembekuan ini permanen.
"Saya menerima keputusan untuk membekukan pengiriman vaksin COVID-19 ke negara lain," ujar Gantz yang bulan depan akan menghadapi PM Israel Benjamin Netanyahu di pemilihan umum, Kamis, 25 Februari 2021.
Beberapa hari terakhir, berbagai pihak mengkritik kebijakan pengiriman vaksin COVID-19 Israel karena pilih kasih. Mereka menganggap PM Benjamin Netanyahu hanya memilih negara-negara di mana ia memiliki kepentingan politik. Kabarnya, ada 19 negara yang telah dipilih oleh Israel sebagai tujuan pengiriman.
Seharusnya, menurut berbagai kritikus, Israel mendahulukan pengiriman bantuan vaksin COVID-19 ke Palestina. Sebagai "tetangga langsung", Palestina menganggap lebih elok jika Israel mendahulukan mereka.
Gantz termasuk yang mengkritik langkah Netanyahu. Menurutnya, Netanyahu perlu membentuk sebuah forum untuk menentukan ke mana sebaiknya bantuan vaksin COVID-19 dikirim, bukannya menentukan secara sepihak.
"Bukan posisi Netanyahu untuk menentukan hal tersebut oleh dirinya sendiri," ujar Gantz.
Ekspresi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat menerima dosis kedua vaksin COVID-19 di Sheba Medical Center di Ramat Gan, Israel, 9 Januari 2021. Miriam Elster/Pool via REUTERS
Netanyahu, hingga berita ini ditulis, belum memberikan komentar atas pembekuan tersebut. Namun, awal pekan ini, ia sempat mengatakan bahwa tidak ada yang salah dari kebijakannya. Netanyahu berdalih, semua vaksin yang ia kirim adalah surplus dari suplai vaksin COVID-19 Israel.
"Menurut saya program ini adalah wujud niat baik dan keputusan yang pintar. Timbal baliknya bisa dirasakan di berbagai hal yang tidak akan saya elaborasi lebih jauh," ujar Netanyahu
Sebagai catatan, Israel adalah salah satu negara terdapan di dunia dalam hal vaksinasi COVID-19. Nyaris 50 persen dari 8,8 juta penduduknya sudah menerima dosis pertama vaksin COVID-19. Hal itu terbantu oleh kesepakatan Israel dengan produsen vaksin Pfizer.
Kepada Pfizer, Israel menawarkan pertukaran data pasien dengan suplai vaksin COVID-19 yang konsisten. Data tersebut meliputi usia, umur, gender, serta rekam jejak medis termasuk efek usai menerima vaksin COVID-19. Pfizer menerima tawaran tersebut dan hasilnya Israel ngebut dalam melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca juga: Israel Bagi-bagi Kelebihan Vaksin Virus Corona ke Palestina
ISTMAN MP | REUTERS