TEMPO.CO, Jakarta - Cina menolak serangan fitnah terkait kondisi etnis Uighur dan kelompok etnis minoritas lainnya yang tinggal di kawasan Xinjiang, Cina. Beijing sangat yakin etnis-etnis minoritas tersebut menikmati kebebasan beraga dan hak-hak mendasar lainnya.
Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, dalam pidatonya di Dewan HAM PBB di Jenewa pada Senin, 22 Februari 2021 waktu setempat mengatakan ada 24 ribu masjid di Xinjiang. Itu telah menjadi fakta bahwa tidak ada yang namanya genosida atau pembantaian, kerja paksa atau tekanan pada aktivitas beribadah di Xinjiang.
“Pintu di Xinjiang selalu terbuka. Masyarakat dari berbagai negara yang mengunjungi Xinjiang telah mempelajari fakta dan kebenaran di lapangan. Cina juga menyambut Komisi Tinggi HAM (Michelle Bachelet), yang ingin datang mengunjungi Xinjiang,” kata Wang.
Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi. REUTERS/Ahim Rani
Sebelumnya, aktivis dan ahli bidang HAM di PBB mengatakan setidaknya satu juta etnis Uighur ditahan di kamp-kamp di wilayah barat Xinjiang. Cina menyangkal telah melakukan kekerasan dan mengatakan kamp-kamp yang ada ditujukan untuk memberikan pelatihan kejuruan, yang juga bermanfaat untuk memerangi ekstrimisme.
Baca juga: Muslim Uighur Diduga Kerap Diperkosa Oleh Otoritas Cina
Sebelumnya pada Senin, 22 Februari 2021, Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengecam penyiksaan, kerja paksa dan sterilisasi yang diyakininya terjadi pada etnis Uighur dalam skala industry.
“Situasi di Xinjiang sangat luar biasa,” kata Raab, di hadapan forum Dewan HAM PBB, yang beranggotakan 47 negara dan Cina salah satunya.
Terkait dugaan kekerasan pada etnis Uighur, Raab pun menyerukan agar Bachelet atau ahli independen lainnya diberikan akses darurat dan akses tak terbatas ke Xinjiang. Raab berkeras, harus ada sebuah resolusi di Dewan HAM PBB untuk hal ini.
Sumber: aljazeera.com