Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Komunitas Internasional Kecam Langkah Facebook Blokir Outlet Media di Australia

image-gnews
Siluet pengguna ponsel terlihat di samping layar proyeksi logo Facebook dalam ilustrasi gambar yang diambil 28 Maret 2018. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]
Siluet pengguna ponsel terlihat di samping layar proyeksi logo Facebook dalam ilustrasi gambar yang diambil 28 Maret 2018. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Facebook memblokir konten perusahaan atau outlet media di Australia berujung kecaman. Berbagai pihak, mulai dari akademisi hingga politisi, mengecam langkah tersebut dan menyebut Facebook telah melakukan langkah yang non demokratis. Apalagi, gara-gara pemblokiran itu, semua informasi penting seperti COVID-19 hingga kebakaran hutan juga jadi tak bisa diakses.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemblokiran itu berawal dari konflik antara Facebook dengan pemerintah Australia. Pemerintah Australia meminta Facebook untuk membayar royalti ke perusahaan media sebagai ganti penggunaan konten mereka di platform berita miliknya. Hal itu diatur dalam Media Bargaining Code. 

Facebook menganggap permintaan itu tak adil baginya dan memilih untuk memblokir sekalian semua page yang dimiliki perusahaan media serta membatasi penyebaran berita asal Australia. Sementara itu, menurut pemerintah Australia, hal itu tak adil karena Facebook selama ini mendapat keuntungan dari konten yang  dibuat media Australia. 

Berikut reaksi berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Australia, soal kisruh dengan Facebook tersebut:

Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara selama konferensi pers bersama yang diadakan dengan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern di Admiralty House di Sydney, Australia, 28 Februari 2020. [REUTERS / Loren Elliott / File Foto]

1. PM Australia Scott Morrison
"Langkah Facebook melakukan unfriend terhadap Australia, di mana sekaligus memutus akses terhadap layanan kesehatan dan darurat, sungguh arogan dan mengecewakan."

"Tindakan ini justru mengkonfirmasi keresahan berbagai negara soal tingkah laku perusahaan-perusahaan teknologi. Mereka merasa lebih besar dibanding pemerintah dan tak bisa diatur."

2. Kepala Komite Persaingan Usaha Parlemen Amerika, David Cicilline
"Ini semakin memperjelas bahwa Facebook tidak cocok dengan prinsip demokrasi."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mengancam satu negara untuk sepenuhnya tunduk kepada kemauan Facebook adalah wujud paling nyata dari praktik monopoli."

3. Kepala Komite Digital, Kebudayaan, Media, dan Olahraga Inggris Julian Knight
"Ini adalah aksi bully yang mereka lakukan terhadap Australia. Saya rasa ini akan memicu aksi tegas dari para legislator di seluruh dunia."

"Kami mewakili rakyat dan maaf saja, mereka tidak akan bisa menabrak kami. Jika Facebook berpikir seperti itu, mereka akan mendapat perlakuan yang sama dengan perusahaan energi dan tembakau."

4. Pemimpin Redaksi Sydney Morning Herald Lisa Davis
"Ini seperti tantrum anak kecil. Facebook secara tidak langsung membuka pintu untuk lebih banyak misinformasi, konspirasi, dan radikalisme yang lebih berbahaya di platformnya."

5. CEO Foodbank Brianna Casey
"Ini langkah yang tidak bisa diterima. Di saat kebutuhan akan bantuan pangan begitu tinggi akibat pandemi COVID-19, mereka malah memutus jalur komunikasi yang menghubungkan rakyat dengan bantuan tersebut. Bagaimana jika mereka tidak bisa makan? Segera selesaikan masalah ini!"

Baca juga: Akun Pemerintah Australia Terdampak Pemblokiran Konten Media oleh Facebook

ISTMAN MP | REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Meta Ungkap Perilaku Belanja Konsumen Indonesia saat Mega Sales Day

2 hari lalu

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com
Survei Meta Ungkap Perilaku Belanja Konsumen Indonesia saat Mega Sales Day

Meta dan YouGov melakukan survei perilaku belanja terhadap 1.777 konsumen di Indonesia saat Mega Sales Days. Ungkap 5 wawasan berikut ini.


Siapa Penemu Benua Australia? Ini Sejarahya

3 hari lalu

Sebagai benua terkecil, Australia terdiri dari beberapa negara yang jumlahnya mencapai 23. Berikut ini daftar negara benua Australia. Foto: Canva
Siapa Penemu Benua Australia? Ini Sejarahya

Siapa penemu benua Australia? Berikut adalah penjelasan penemu Benua Australia dan sejarahnya.


Australia Bermitra dengan IPPIN Perangi Sampah Plastik di Indonesia

4 hari lalu

Australia Bermitra dengan IPPIN pada 29 Oktober 2024 menggelar acara Demo Day Plastics Innovation Hub Indonesia untuk mencari solusi sampah plastik. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia
Australia Bermitra dengan IPPIN Perangi Sampah Plastik di Indonesia

Australia Bermitra dengan IPPIN menggelar acara Demo Day Plastics Innovation Hub Indonesia untuk mencari solusi sampah plastik.


15 Negara Paling Aman untuk Liburan 2025, Indonesia Tidak Masuk

5 hari lalu

Zurich HB Main Station, Bahnhofplatz, Switzerland. Unsplash.com/Tomek Baginski
15 Negara Paling Aman untuk Liburan 2025, Indonesia Tidak Masuk

Bagi Anda yang berencana liburan ke luar negeri, penting untuk mengetahui negara yang paling aman untuk liburan 2025. Ini daftarnya.


Hasil Kualifikasi Piala Asia U-17 2025: Laga Timnas U-17 Indonesia vs Australia Berakhir Imbang 0-0

6 hari lalu

Timnas U-17 Indonesia vs Australia U-17. Instagram/Timnas Indonesia
Hasil Kualifikasi Piala Asia U-17 2025: Laga Timnas U-17 Indonesia vs Australia Berakhir Imbang 0-0

Laga Timnas U-17 Indonesia vs Australia pada pertandingan terakhir Grup G Kualifikasi Piala Asia U-17 2025 berakhir imbang 0-0.


Meta: Teknologi Pengenalan Wajah sedang Diuji

7 hari lalu

Cetakan 3 dimensi logo Meta setelah sebelumnya dikenal dengan nama Facebook, Foto diambil 2 November 2021. (REUTERS/DADO RUVIC)
Meta: Teknologi Pengenalan Wajah sedang Diuji

Meta, perusahaan induk dari Facebook dan Instagram, baru-baru ini mengumumkan sedang menguji penggunaan teknologi pengenalan wajah


Barat Kecam Pelanggaran HAM di Xinjiang, Cina: Bagaimana dengan Gaza?

11 hari lalu

Perwakilan Tetap Tiongkok untuk PBB, Fu Cong di markas besar PBB di New York City, New York, 18 April 2024. REUTERS/Eduardo Munoz
Barat Kecam Pelanggaran HAM di Xinjiang, Cina: Bagaimana dengan Gaza?

Kecaman ini mendorong Cina balik mengecam mereka karena mengabaikan "neraka" di Jalur Gaza akibat genosida Israel, sekutu Barat.


Meta Uji Teknologi Pengenalan Wajah untuk Cegah Penipuan Menggunakan Wajah Selebritas di Facebook dan Instagram

11 hari lalu

Ilustrasi logo Meta. (REUTERS/DADO RUVIC)
Meta Uji Teknologi Pengenalan Wajah untuk Cegah Penipuan Menggunakan Wajah Selebritas di Facebook dan Instagram

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Meta dalam melindungi pengguna dari iklan palsu yang sering menampilkan selebritas atau tokoh publik.


Mengenal Lidia Thorpe, Senator Australia yang Meneriaki Raja Charles

12 hari lalu

Senator Australia Lidia Thorpe menggelar aksi protes saat Raja Charles dan Ratu Camilla dari Inggris menghadiri resepsi Parlemen di Canberra, Australia, 21 Oktober 2024. Victoria Jones/Pool via REUTERS
Mengenal Lidia Thorpe, Senator Australia yang Meneriaki Raja Charles

Lidia Thorpe senator independen yang mewakili negara bagian Victoria di Parlemen Australia


Raja Charles Dicemooh Senator Pribumi Australia saat Berkunjung ke Canberra

12 hari lalu

Senator Australia Lidia Thorpe menggelar aksi protes saat Raja Charles dan Ratu Camilla dari Inggris menghadiri resepsi Parlemen di Canberra, Australia, 21 Oktober 2024. Victoria Jones/Pool via REUTERS
Raja Charles Dicemooh Senator Pribumi Australia saat Berkunjung ke Canberra

Senator independen dan aktivis Pribumi Lidia Thorpe berteriak bahwa dia tidak menerima kedaulatan Raja Charles atas Australia.