TEMPO.CO, Jakarta - Penutupan perbatasan dengan Inggris oleh Eropa untuk mencegah masuknya varian baru COVID-19 berdampak ke arus logistik. Ratusan truk terjebak di Inggris bagian selatan karena negara-negara Eropa tidak mau menerima mereka. Ironisnya, truk-truk itu untuk mengantarkan barang-barang esensial ke Eropa dan pengendaranya pun berasal dari Eropa.
Titik krusial ada pada perbatasan di Prancis. Sebab, itulah pintu masuk pertama ke Eropa dari Inggris bagian selatan. Hingga berita ini ditulis, belum ada kejelasan kapan para sopir truk logistik itu bisa masuk kembali ke Eropa. Hal yang jelas bagi mereka saat ini hanyalah tidak bisa merayakan Natal bersama keluarga mereka.
"Kami sungguh kesal dengan situasi ini dan kami pun tidak tahu diberitahu soal ini. Mereka bilang ini terkait Corona, tetapi kami tidak tahu. Ini omong kosong, benar-benar omong kosong," ujar Dan Jinca, sopir truk asal Romania yang ikut terjebak di Inggris, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 22 Desember 2020.
Dan Jinca dan kawan-kawannya sudah terjebak selama 3 hari. Untuk bertahan hidup, mereka mengandalkan cadangan makanan plus uang saku yang dimiliki. Padahal, uang-uang itu sejatinya disimpan untuk perbekalan di jalan nanti.
Mereka mengatakan bahwa misalkan perbatasan dibuka hari ini, bisa saja pengantaran barang dikebut dalam dua hari non-stop untuk mengejar momen Natal. Namun, itu hanya hitungan di atas kertas. Secara fisik, menurut Dan Jinca dan kawan-kawan, mereka yakin tidak akan sanggup.
"Kurang lebih 45 jam perjalanan non-stop. Tanpa tidur, terus menyetir tanpa berhenti. Kami tidak akan bisa melakukannya. Usai sudah (impian merayakan Natal bersama)," ujar Dan Jinca yang sudah 7 tahun menjadi sopir truk logistik.
Hal senada disampaikan oleh Sergio Robles, sopir truk asal Madrid, Spanyol. Ia mengaku tidak mendapat pemberitahuan apapun soal penutupan perbatasan akibat varian baru COVID-19. Ia berharap dalam waktu dekat ada solusi atau setidaknya bantuan untuk dirinya dan rekan-rekannya agar bisa bertahan.
"Mereka (perusahaan logistik, pemerintah) tidak memberi kami makan, minum, sanitasi, atau apapun itu. Ini sungguh tidak manusiawi. Kami minta solusi," ujarnya yang lebih menyakini bahwa penutupan perbatasan terjadi karena Brexit.
Inggris maupun Uni Eropa belum memberikan pernyataan soal ratusan truk yang terjebak di Inggris. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sementara itu, menganjurkan negara-negara anggotnya untuk kembali membuka pintu perbatasan agar arus barang makanan, obat-obatan, dan bahan bakar bisa segera masuk. Hal itu akan dibutuhkan untuk menghadapi musim dingin.
"Rantai pasokan untuk barang-barang esensial seharusnya tetap berjalan," ujar Direktur Regional Eropa WHO, Hans Kluge.
ISTMAN MP | REUTERS