TEMPO.CO, Jakarta - Dua jurnal paling berpengaruh di Inggris untuk perawatan kesehatan dan profesional medis bersama-sama pada Selasa meminta pemerintah untuk membatalkan rencana pelonggaran lockdown Covid-19 selama lima hari liburan Natal atau berisiko membebani sistem layanan kesehatan.
Dalam editorial bersama kedua mereka dalam lebih dari 100 tahun, British Medical Journal dan Health Service Journal mengatakan pemerintah harus memperketat aturan daripada membiarkan tiga rumah tangga berbaur selama lima hari.
"Kami yakin pemerintah akan melakukan kesalahan besar lainnya yang akan menelan banyak korban jiwa," kata editorial itu, seperti dilaporkan Reuters, 15 Desember 2020.
Jurnal itu berpendapat bahwa pemerintah tidak boleh memberi orang kesempatan untuk lengah selama Natal, dan Inggris harus mengikuti contoh yang lebih hati-hati dari Jerman, Italia dan Belanda, yang baru saja mengumumkan bahwa mereka memperketat pembatasan.
Inggris telah mencatat 64.402 kematian akibat Covid, jumlah tertinggi kedua di Eropa.
Margaret Keenan, 90 tahun, berjalan bersama perawat May Parsons setelah disuntikan vaksin Covid-19 Pfizer/BioNtech di University Hospital, Coventry, Inggris, 8 Desember 2020. Suntikan pertama ini dilakukan menyusul disahkannya vaksinasi COVID-19 oleh Agensi Regulator Obat-obatan Inggris beberapa hari lalu. Jacob King/Pool via REUTERS
Artikel itu muncul sehari setelah pemerintah mengumumkan bahwa karena lonjakan kasus, London akan naik ke tingkat "Waspada Sangat Tinggi", sistem aturan berjenjang yang paling ketat di Inggris untuk mencoba menahan virus.
Wali Kota London Sadiq Khan juga mengatakan pemerintah harus melihat kembali rencana pelongggaran Natal, dan seruan dari jurnal akan menambah tekanan pada pemerintah untuk mengubah rencana relaksasi lockdown. Sejauh ini, para menteri telah menepis seruan tersebut dengan menekankan perlunya warga negara untuk bertindak secara bertanggung jawab.
Kedua jurnal tersebut mengatakan bahwa kecuali ada perubahan kebijakan, Layanan Kesehatan Nasional (NHS) yang dikelola negara akan menghadapi pilihan yang sulit setelah Natal: menghentikan sebagian besar pekerjaan elektif dan tidak mendesak, atau terbebani dan kewalahan oleh pasien COvid-19.
"Dampak utama dari lonjakan lebih lanjut pada pasien rawat inap Covid-19 kemungkinan akan dirasakan paling banyak oleh mereka yang memiliki penyakit lain," kata editorial itu.
Editorial mengatakan bahwa pemerintah terlalu lambat untuk memberlakukan pembatasan pada musim semi dan pada musim gugur, dan menuduhnya menghamburkan uang untuk kegagalan dengan mencurahkan dana pada sistem pelacakan nasional yang tidak efektif.
"Sekarang harus membalikkan keputusan gegabahnya untuk mengizinkan berkumpulnya antar rumah tangga dan sebaliknya memperpanjang tingkatan selama periode Natal lima hari untuk menurunkan angka sebelum gelombang ketiga yang mungkin terjadi," kata editorial.
Pemerintah mengatakan rencananya sedang dalam peninjauan tetapi belum mengindikasikan akan membalikkan keputusannya.
"Apa yang kami minta agar orang-orang lakukan adalah seminimal mungkin, ada ruang bagi tiga rumah tangga untuk berkumpul selama periode itu," kata Steve Barclay, Kepala Sekretaris Departemen Keuangan, mengatakan kepada radio LBC. "Ini adalah waktu yang sulit jadi kami tidak ingin mengkriminalisasi keluarga yang berkumpul bersama saat Natal."
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/health-coronavirus-britain-christmas/uks-christmas-plans-will-cost-many-lives-health-journals-say-idUKKBN28P16H