TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat di Ibu Kota London, Inggris, tampak mengabaikan bahaya Covid-19 dengan memenuhi pub-pub dan restoran pada Rabu malam, 4 November 2020 atau beberapa jam sebelum lockdown gelombang dua diberlakukan selama satu bulan ke depan secara nasional.
Lewat pemberlakuan lockdown gelombang dua, yang berlaku per Kamis, 5 November 2020, masyarakat diminta untuk tidak keluar rumah, kecuali hal darurat. Semua ini diberlakukan demi menghentikan penyebaran wabah Covid-19. Lockdown terpaksa dilakukan, jika tidak kematian akibat Covid-19 bisa lebih tinggi dari gelombang pertama yang memaksa Inggris lockdown sampai tiga bulan.
Masyarakat Kota London pada 3 November 2020 menikmati malam terakhir sebelum pemberlakuan lockdown nasional demi menekan penyebaran virus corona. Sumber: asiaone.com/Reuters
Sampai Rabu, 4 November 2020, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal sebanyak 492 orang atau tertinggi sejak pertengahan Mei 2020. Pada hari terakhir sebelum pemberlakuan lockdown, distrik hiburan Soho, London, tampak ramai oleh orang-orang yang ingin menikmati malam terakhir sebelum kembali menghabiskan hari-hari tak keluar rumah.
Angka kematian akibat Covid-19 di Inggris tertinggi di Eropa. Sedangkan kasus harian virus mematikan ini juga lebih dari 20 ribu kasus per hari. Para ilmuwan memperingatkan skenario terburuk kematian karena Covid-19 bisa mencapai 80 ribu orang, jika Pemerintah Inggris tidak segera mengambil tindakan.
Beberapa kantor Kepolisian Inggris menggunakan media sosial mendesak masyarakat yang jalan-jalan menikmati malam terakhir sebelum lockdown pada Rabu malam, 3 November 2020, agar mematuhi aturan social distancing. Sedangkan pemerintah daerah Scotland, Wales dan Irlandia Utara memberlakukan kebijakan lockdown sendiri, bahkan telah memberlakukan protokol kesehatan yang lebih ketat pada akhir bulan lalu.
Sumber: https://www.asiaone.com/world/londoners-hit-town-1-last-time-new-lockdown