TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah perusahaan pembuat drone di Jepang berharap larangan impor drone dari Cina bakal mendorong pertumbuhan bisnis mereka.
Salah satu perusahaan pembuat drone di Jepang, Tokyo Aircraft Instrument Co., mengembangkan kamera drone yang bisa terbang saat angin berhembus kencang.
“Drone seperti ini cocok untuk kegiatan survei di kawasan terkena bencana,” begitu dilansir Reuters pada Jumat, 30 Oktober 2020.
Saat ini, pemerintah Jepang sedang menyiapkan sejumlah aturan baru yang melarang impor drone dari Cina. Aturan yang berlaku pada April 2021 ini dibuat karena kekhawatiran data sensitif pemerintah jatuh ke tangan militer Cina.
“Platform drone, sistem kontrol penerbangan, dan peralatan komunikasi radio semuanya buatan domestik. Ini model yang unik berdasarkan pengalaman tahunan kami membuat komponen aviasi,” kata Kazuya Sumida, dari divisi drone Tokyo Aircraft seperti dilansir Reuters pada Jumat, 30 Oktober 2020.
Sumida mengatakan perusahaan,”Akan meningkatkan keamanan dari jalur komunikasi dan informasi drone.”
Saat ini, jumlah pembelian drone oleh pemerintah Jepang berjumlah sekitar US$1.35 miliar atau sekitar Rp20 triliun. Jumlah ini bakal meningkat menjadi sekitar Rp90 triliun pada 2026.
Menurut sejumlah pejabat, larangan drone Cina itu bukan untuk meningkatkan industri dalam negeri melainkan untuk meningkatkan keamanan nasional.
“Jepang bakal menjaga hubungan diplomatik dengan Cina tapi kita akan merespon secara berhati-hati teknologi sensitif dan informasi,” kata seorang anggota senior pemerintah Jepang.
Menurut analis, pemerintah Amerika Serikat juga tidak bisa sepenuhnya memutus pasokan komponen dari Cina karena akan berdampak pada ekonomi AS. “Saya pikir negara sekutu akan mendiskusikan teknologi penting terutama informasi dan teknologi-teknologi yang bisa bermanfaat bagi militer Cina,” kata Tsuneo Watanabe, analis dari Sasakawa Peace Foundation.
Sumber