TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan demonstran Thailand mengalami bentrok fisik dengan polisi saat menggelar unjuk rasa setelah 21 rekan mereka ditahan pada Selasa, 13 Oktober 2020.
Mereka berteriak ‘lepaskan teman-teman kami’ saat rombongan mobil yang membawa Raja Maha Vajiralongkorn melintas di depan Monumen Demokrasi di Bangkok.
Beberapa orang yang ditangkap adalah pemimpin protes Jatupat Boonpattararaksa, dan Chaiamorn Kaewwiboonpan, yang merupakan seorang penyanyi.
“Para pemrotes tidak mematuhi hukum hari ini sehingga polisi bertindak untuk menertibkan,” kata Anucha Burapachai, juru bicara pemerintah, seperti dilansir Reuters pada Selasa, 13 Oktober 2020.
Sikap perlawanan lewat demonstrasi terhadap monarki merupakan hal yang baru di Thailand. Ini terjadi menjelang digelarnya demonstrasi besar anti-pemerintah, yang telah direncanakan.
Aksi protes di Thailand, yang telah berlangsung selama tiga bulan, menjadi tantangan politik yang terbesar bagi pemerintahan, yang didominasi militer dan istana.
Para pemrotes meminta pembentukan konstitusi baru dan penggantian PM Prayuth Chan-ocha, yang merupakan bekas pemimpin junta.
Demonstran juga meminta pengurangan kekuasaan monarki. Ini melanggar tabu yang telah berlangsung lama dan melarang warga mengritik keluarga kerajaan, yang masih diidolakan banyak warga.
Rombongan kendaraan istana, yang mengawal raja dan ratu, meninggalkan istana pada Selasa .
Mereka menyapa ribuan para pendukung, yang berdiri di bawah siraman hujan untuk memperingati hari meninggalnya ayah raja, yaitu Raja Bhumibol Adulyadej, yang populer.
Demonstran Thailand sempat terlibat dorong-mendorng dengan polisi yang berjaga di area Monumen Demokrasi di Bangkok. Mereka juga sempat melempar cat biru ke jalan. Polisi menghancurkan satu tenda yang dibuat demonstran dan menyeret sejumlah aktivis ke dalam mobil polisi.
Sumber