TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bakal memperketat kegiatan sosial di Paris, Prancis, di tengah bertambahnya kasus harian Covid-19. Pemerintah masih mengizinkan restoran beroperasi dengan sejumlah pembatasan.
Namun, kantor Perdana Menteri Prancis mengatakan bar dan kafe di Paris bakal tutup selama 15 hari ke depan.
“Detil aturannya akan disampaikan oleh kantor wali kota Paris pada Senin pekan ini,” begitu dilansir Channel News Asia pada Ahad, 4 Oktober 2020.
Prancis melaporkan 16,972 kasus baru pada Sabtu pekan lalu. “Ini jumlah terbanyak sejak negara itu menggelar tes Covid-19 secara besar-besaran,” begitu dilansir Channel News Asia.
Jumlah kasus pada Sabtu itu naik dari sehari sebelumnya yang tercatat sebanyak 12,146 kasus.
Data dari lembaga kesehatan negara itu yaitu ARS menunjukkan jumlah kasus Corona atau Covid-19 masih di atas 250 kasus untuk setiap 100 ribu warga di Paris.
“Tidak ada alasan untuk membantah. Jumlah itu apa adanya dan itu jumlah yang besar,” kata Aurelien Rousseau, direktur regional ARS di Paris.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, mengakui penutupan bar dan kafe bakal berdampak berat bagi banyak orang.
“Kita orang Prancis dan suka minum, makan, hidup, tersenyum, dan berciuman,” kata Darmanin seperti disiarkan televisi LCI dan Europe 1 pada Ahad kemarin. “Tapi kami melakukan ini semua karena orang-orang ingin kami melakukannya.”
Survei Prancis setempat menemukan 61 persen warga di Paris dan area pinggir kota setuju penutupan penuh bar, yang saat ini masih boleh buka hingga pukul sepuluh malam.
Sumber
https://www.channelnewsasia.com/news/world/paris-braces-for-maximum-coronavirus-alert-level-13196712