TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat tinggi Gedung Putih mengatakan pemerintah Amerika Serikat menarget hanya sekitar satu persen dari sekitar 400.000 mahasiswa Cina di negara itu. Ini sebagai respon dari upaya pemerintah Cina untuk mengumpulkan teknologi dan informasi lainnya di AS.
Matt Pottinger, Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, yang menjadi tokoh terkemuka dalam pengembangan kebijakan Presiden Donald Trump terhadap Cina, mengatakan sebagian besar mahasiswa Cina disambut baik.
“Ini adalah sebuah pendekatan sangat terarah,“ kata Pottinger dalam acara daring yang diselenggarakan Ronald Reagan Institute dan mengacu pada kebijakan pemerintah yang menolak visa pelajar Cina yang dianggap sebagai berisiko keamanan nasional seperti dilansir Reuters pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Pottinger melanjutkan,”Presiden Trump mengambil tindakan untuk menarget sekitar satu persen dari jumlah besar itu terutama menargetkan peneliti Cina terafiliasi atau bekerjasama dengan militer dan datang dengan alasan dibuat-buat atau memakai identitas palsu.”
Menurut dia,“Kasus lain melibatkan individu yang datang ke Amerika Serikat untuk mendapatkan akses ke teknologi yang akan berguna untuk kemajuan militer Cina atau menindas rakyat mereka sendiri.”
Pottinger juga mengatakan mayoritas mahasiswa Cina adalah,”Orang-orang yang kami senang berada di sini, dan banyak yang akan tinggal di sini untuk memulai bisnis besar.”
Reuters melansir tindakan AS terhadap mahasiswa Cina ini terjadi pada saat hubungan Cina-AS berada pada titik terendah selama beberapa dekade ini.
Ini juga terjadi menjelang pemilu Amerika dengan Trump berupaya mendapatkan mandat periode kedua pada 3 November 2020. Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini bentrok karena sejumlah masalah dari mulai perdagangan, Hak Asasi Manusia, hingga Hong Kong, serta virus Corona.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bulan ini pemerintah telah mencabut visa lebih dari 1,000 pelajar dan peneliti Cina yang dianggap menjadi risiko keamanan. Cina menyebut tindakan pemerintah AS ini sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia. Sedangkan, AS mengatakan tindakan itu perlu dilakukan menyusul kebijakan pembatasan Cina terhadap demokrasi di Hong Kong.
Banyaknya mahasiswa Cina yang belajar di Amerika Serikat mendatangkan pendapatan yang signifikan bagi universitas di sana. Namun, pandemi Covid-19 sangat mengganggu kegiatan kuliah bagi mahasiswa yang akan kembali beraktifitas di kampus pada musim gugur ini.
FARID NURHAKIM | REUTERS
Sumber: