TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat menilai demonstrasi besar-besaran masyarakat di Belarus menunjukkan Presiden Alexander Lukashenko tidak bisa lagi mengabaikan seruan untuk menerapkan demokrasi di sana.
Seorang pejabat tinggi AS mengatakan Rusia juga seharusnya tidak ikut campur situasi yang sedang terjadi di negara Eropa timur itu.
“Moskow juga harus menghormati kedaulatan Belarus dan hak rakyatnya untuk memilih pemimpin mereka sendiri secara bebas dan adil,” begitu dilansir Reuters pada Senin, 17 Agustus 2020.
Aksi demonstrasi merebak di Belarus sejak pekan lalu pasca pemilu Presiden, yang diklaim pemerintah dimenangi inkumben Presiden Alexander Lukashenko.
Lukashenko telah berkuasa selam 26 tahun dan dikenal sebagai seorang pemimpin otoriter.
Tokoh oposisi yang ikut pilpres yaitu Svetlana Tikhanovskaya lari ke Lithuania pada pekan lalu karena merasa keselamatan diri dan keluarganya terancam.
Dia menyerukan semua kelompok oposisi dan masyarakat melanjutkan tekanan kepada pemerintah Lukashenko agar mundur dan menyerahkan kekuasaan.
Presiden AS, Donald Trump, menyebut situasi di Belarus sebagai buruk. Dia memantau perkembangan kondisi bersama Uni Eropa, yang menyiapkan sanksi kepada Belarus.
Menlu AS, Mike Pompeo, mengatakan negaranya berusaha membantu rakyat Belarus dengan tetap menghormati kedaulatan dan kebebasannya.
Massa yang berdemonstrasi menilai Lukashenko berbuat curang untuk memenangkan pemilu Presiden, yang diklaim dimenangkan inkumben dengan 80,1 persen.