TEMPO.CO, Jakarta - Krisis virus corona telah menghancurkan ekonomi Spanyol hingga memicu resesi terburuk sejak perang sipil Spanyol.
Spanyol adalah salah satu negara yang paling terpukul akibat wabah dan diikuti oleh salah satu lockdown yang paling ketat, yang menyebabkan ekonomi Spanyol terhenti pada Maret dan sebagian besar lumpuh hingga akhir Juni.
Dikutip dari Reuters, 31 Juli 2020, angka-angka dari National Statistics Institute menunjukkan pada hari Jumat ekonomi menyusut 18,5% pada kuartal kedua, penurunan yang sangat keras sejak pulih dari krisis keuangan global.
Kontraksi kuartal kedua terjadi setelah penurunan 5,2% dalam tiga bulan pertama tahun ini, yang menjadi rekor terburuk kuartal. Sejarawan mengatakan hanya perang sipil 1936-1939 yang menghantam ekonomi Spanyol paling parah.
Pemerintah berharap para wisatawan yang melakukan perjalanan dari Eropa utara dan negara lain akan membantu ekonomi pulih pada kuartal ketiga.
Namun, harapan itu telah terhambat oleh kekhawatiran terhadap virus corona, yang diperparah oleh karantina dan imbauan perjalanan.
"Tidak hanya ekonomi Spanyol menjadi salah satu yang terpukul terburuk di zona euro oleh pandemi, Spanyol juga tampaknya akan pulih lebih lambat daripada tetangganya," kata analis di Capital Economics.
Produk domestik bruto zona euro turun 12,1 persen antara kuartal pertama dan kedua tahun 2020, penurunan terbesar dalam catatan, menyusul penurunan 3,6 persen pada kuartal pertama, menurut laporan Financial Times.
Prancis, Italia, dan Spanyol semuanya melaporkan penurunan dua digit kuartal-ke-kuartal dalam output ekonomi dalam tiga bulan hingga Juni, dalam angka yang juga dirilis pada hari Jumat.
Baik AS dan Jerman pada Kamis melaporkan kerugian sekitar sepersepuluh dari produk domestik bruto mereka pada kuartal kedua.
Resesi Spanyol lebih buruk daripada yang diperkirakan para analis dan mengikuti kontraksi 5,2 persen pada kuartal pertama, memupus tujuh tahun pertumbuhan sejak resesi terakhir Spanyol dan meninggalkan output pada tingkat yang terakhir terlihat pada tahun 2002.
"Ini adalah jenis kejatuhan (ekonomi) yang dialami selama perang," kata José Ignacio Conde Ruiz, seorang profesor ekonomi di Universitas Complutense Madrid. "Satu-satunya sektor yang tumbuh adalah pertanian."
Dengan ekonomi dalam keadaan hibernasi dan sebagian besar toko tutup sampai beberapa mulai dibuka pada Mei, pengeluaran swasta dan investasi anjlok, memberikan pukulan yang jauh lebih besar pada ekonomi Spanyol daripada pada rekan-rekan Eropa seperti Prancis atau Jerman.
Pengunjung berjalan di sepanjang Caminito del Rey (The Little Pathway King) saat dibuka kembali ke publik dimana sebelumnya ditutup sementara guna mencegah penyebaran Virus Corona selama tiga bulan, di Ardales-Alora, dekat Malaga, Spanyol selatan, 12 Juni 2020. REUTERS/Jon Nazca
Sekarang masalahnya adalah pariwisata. Tiga wilayah pariwisata Spanyol, termasuk Catalonia, rumah bagi Barcelona, masuk dalam daftar negara yang berisiko tinggi virus corona.
Meskipun pemerintah sudah menegaskan ini bukan gelombang kedua pandemi, kasus virus corona di Spanyol terus meningkat stabil dalam beberapa pekan terakhir.
"Untuk mendukung pemulihan, penting untuk menahan wabah baru," kata Ana de la Cueva, menteri ekonomi Spanyol, mengatakan setelah data kuartal kedua dirilis.
Kuartal ketiga, diperkirakan menandai awal dari rebound ekonomi, sebaliknya akan lebih lemah dari yang diharapkan, kata Raymond Torres, kepala ekonom think tank Funcas.
Torres mengatakan Spanyol mungkin berhasil mendapatkan pemasukan turis sepanjang tahun ini seperti yang biasanya didapat pada kuartal ketiga. Spanyol bergantung pada pariwisata untuk 12,3% dari output ekonominya.
Meskipun penurunan tajam dalam kegiatan, beberapa sektor mencatat data positif, seperti pertanian, didorong oleh permintaan yang kuat untuk makanan. Paket stimulus dan langkah-langkah kesehatan untuk memerangi pandemi juga membantu meningkatkan pengeluaran publik.
Pemerintah Spanyol telah memperkirakan kontraksi 9,2% pada 2020 secara keseluruhan, melampaui kejatuhan selama krisis keuangan Spanyol 2008-2013, tetapi mengharapkan pertumbuhan 6,8% pada 2021.