TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat Presiden Amerika Serikat Joe Biden berjanji akan memasukkan warga Muslim-Amerika dalam pemerintahannya jika ia memenangkan pemilu presiden. Pemilu rencananya dilakukan pada November 2020.
"Anda Muslim-Amerika pantas memiliki presiden yang akan bekerja sama dengan Anda, bukan menyalahkan Anda. Jika saya mendapat kehormatan terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat, kita akan bekerja sama untuk melihat lebih baik dengan hati, dengan tangan kami dan dengan suara kami" kata Biden saat webinar dengan pemilih Muslim-Amerika.
VP @JoeBiden at MMV Summit: “I’m here asking you to rip this poison from our government’s root and stem. I want to earn your [Muslim Americans’] vote— I want to work in partnership with you... to make sure your voices are included in our nation”
— Emgage Action (@EmgageAction) July 20, 2020
Dalam kesempatan itu, Biden juga menegaskan betapa pihaknya ingin bekerja dalam kerangka kemitraan dengan masyarakat Muslim-Amerika. Biden ingin mengakhiri larangan terhadap pelancong dari negara-negara mayoritas Muslim bertandang ke Amerika Serikat.
"Jika jadi Presiden, saya akan mengakhiri larangan ini pada hari pertama. Hari pertama," katanya.
Sebelumnya pada 2017, pemerintahan Trump menerbitkan aturan para pelancong dari tujuh negara Islam dilarang masuk Amerika Serikat. Kebijakan itu berusaha direvisi, tetapi Pengadilan Mahkamah Amerika Serikat menguatkannya pada Juni 2018.
Trump telah menjadikan aturan tegasnya di imigrasi sebagai fokus kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat November 2020. Sedankan Biden dalam webinar bertajuk "Million Muslim Votes Summit", mengatakan Muslim-Amerika adalah kelompok pertama yang merasakan serangan Presiden Trump.
ADITYO NUGROHO | ALARABIYA